Thursday 25 December 2014

Shock Terapi

Mobil berhenti, yang lain sudah turun, tinggal Umi dan Harish.

Umi : Harish yang ngasihin hadiah ke adik bayi, ya?

Harish : Nggak mau, di mobil aja sama Umi.

Umi : Kalau nggak mau, Harish sendiri tunggu di mobil, Umi mau jenguk adik bayi.

Mulailah Harish menangis, seperti biasanya. Kalau ke tempat Pakde, Harish nggak mau masuk, takut sama Pakde. Biasanya bergantian kami menemaninya, samai urusan selesai.

Kalau begini terus, tentu tidak baik,sepertinya sudah terlalu lama. Hmm, harus mengubah cara nih.

Akhirnya Umi menuntun Harish dengan paksa,mungkin ada yang bilang diseret, tapi nggak juga, soalnya Harish mengikuti langkah Umi, sambil menangis keras. Umi senyum-senyum, melihat Mbak Desi dan Mas Agus bengong menyaksikan atraksi shock terapi sore itu. Dengan paksa Umi mendekatkan Harish ke Pakde yang sedang duduk. Bisa dibayangkan seperti apa menangisnya Harish?

Pakde menyambut Harish, walaupun tidak bisa memangkunya, tapi sudah memeluk. Tentu saja Harish tetap nggondeli Umi.

Abi, Hilmy, Husna, Hafa, bengong melihat adegan dadakan itu. Memang tidak ada rencana sebelumnya, spontan! Tapi Umi sudah memperhitungkan, insyaallah tidak berbahaya. Umi kenal Harish.

Cukup beberapa detik di peluk Pakde dengan tangan tetap Umi pegang, lalu Harish Umi ajak duduk di depan TV, sambil Umi peluk.

Sambil memegang anggota tubuhnya bergantian, Umi terus nyerocos, semoga ada yang didengar Harish walau sambil menangis.

Umi : Ini kakinya masih ada, tangannya masih ada, keala juga, masih utuh. Pakde nggak nyubit, nggak mukul, nggak marah, jadi kenapa takut?

Harish teta menangis, walaupun volumenya berkurang. Tetap minta ke mobil.

Umi : Oke, sekarang masih takut nggak sama Pakde?

Harish menganngguk.

Umi : Kalau masih takut, peluk akde lagi. Kalau sudah nggak takut, kita ke mobil. Sekarang masih takut nggak?

Sambil menangis Harish menggeleng. Akhirnya Umi ajak Harish ke mobil.

Setelah Harish tidak menangis lagi, Umi memegang dada Harish, memeriksa detak jantungnya.

Umi : Deg-degan nggak?

Harish menggeleng.

Umi : Itu tandanya Harish nggak takut.

Selama perjalanan, kami tidak membahas masalah takutnya Harish pada Pakde. Hanya sekali-kali di evaluasi, untuk menghilangkan traumanya.

***

Bangun tidur, Harish ceria, walaupun suaranya agak serak.

Umi : Harish semalam mimpi nggak?

Harish : Nggak.

Harish : Nggak

Umi : Nggak mimpi dipeluk Pakde?

Harish : Nggak.

Alhamdulillah, masih aman. Semoga tak ada trauma yang membekas.

Friday 19 December 2014

Boboboy

Harish mendekat dengan wajah yang distel memohon.

Ehm! Siap-siap deh Umi.

Harish : Umi, Harish boleh ya nonton Boboboy.

Nah! Benar kan? Umi menatap Harish dengan majah memelasnya. Memang melas, sih! Mbak Hafa lagi main, ditunggu nggak pulang-pulang.

Umi : Kan nggak boleh?

Harish : Umii

Waduh! Hampir jebol deh pertahanan Umi.

Umi : Nanti Harish niruin? Trus buat Mbak Hafa nangis?

Harish : Nggak, Umi. Harish janji.

Nada suaranya sedikit berubah, bersemangat memberi harap.

Umi : Janji?

Harih : Janji! Tapi kalau di kasur boleh ya?

Ha ha ha, bisa aja.

***

Beberapa saat film Boboboy selesai, Harish menyerahkan kertas yang ada gambarnya tiga tokoh, pakai pulpen. Umi tau, apa yang digambar Harish.

Umi : Ini siapa?

Harish : Ini Boboboy warna merah, kekuatannya pedang halilintar. Yang ini warna biru, kekuatan topan, angin. Nah ini warna hitam, kekuatan tanah.

Umi : Kok nggak ada warnanya?

Harish : Pewarnanya disimpan Mbak Husna.

Yah, mau gimana lagi. Sulit mengisolasi anak dari perkembangan teknologi yang ada. Hmm, setidaknya ada upaya meminimalisir pengaruh negatifnya.

Thursday 18 December 2014

Nyambi

Harish : Umi, pinjam flash dish yang warna biru.

Umi : Mbak Hafa, mana?

Hrish : Mbak Hafa main, Harish ditinggalin.

Harish membawa flah dish ke kamar tengah, menghidupkan komputer.

Sebentar kemudian Harish menyalakan TV dengan suara yang kuat banget.

Umi : Hariiiiish

Harish : Ya, Mi.

Umi : Kalau nonton TV jangan kuat-kuat suaranya, kalau nggak ditonton matiin aja.

Harish : Harish tonton kok.

Umi : Bukannya nonton di komputer?

Harish : Kalau TV-nya lagi iklan, nonton komputer Umii.

O o, Umi banget! Nggak ada waktu yang terlewatkan. Biasanya kalau tidak menyalakan komputer, saat iklan, Harish melakukan aktivitas lain. Kadang menggambar, menggunting kertas, bongkar pasang mainan atau main traktor kesayangannya. Bahkan makan pun nyambi aktivitas lain, seperti takut kehilangan waktu

Maikel Jeksen

Sehari Hafa dan Harish tidak nonton TV.

Seharian ngbolang, siang nggak makan nasi, tapi bolak-balik makan pisang kepok yang belum digoreng.

Umi : Enak nggak seharian nggak nonton TV.

Hafa : Nggak enak lah, tadi Harish lupa, hampir nyetel TV, tapi terus Hafa ingetin.

Umi : Tapi kalau nonton TV kan males main keluar. Tadi nggak nonton Hafa sama Harish, puas main sumputan, nyari coklat, trus ke mana lagi, Rish?

Harish : Ke sekolahan Mbak Fani

Hafa : Harish tadi nangis, kejedot jendela sekolah.

Umi : Kuat nangisnya?

Harish : nggak lah

Hafa : Nangisnya ditahan, Mi.

Sebentar kemudian keduanya asyik buat video, merekam pake hape jadul Umi. Kok seperti ada yang baru ya?

Umi : Lagi ngapain Harish?

Hafa : Lagi joget maikel jeksen.

Ups! Breakdance?

Bolang

Sehari Hafa dan Harish tidak nonton TV.

Seharian ngbolang, siang nggak makan nasi, tapi bolak-balik makan pisang kepok yang belum digoreng.

Umi : Enak nggak seharian nggak nonton TV.

Hafa : Nggak enak lah, tadi Harish lupa, hampir nyetel TV, tapi terus Hafa ingetin.

Umi : Tapi kalau nonton TV kan males main keluar. Tadi nggak nonton Hafa sama Harish, puas main sumputan, nyari coklat, trus ke mana lagi, Rish?

Harish : Ke sekolahan Mbak Fani

Hafa : Harish tadi nangis, kejedot jendela sekolah.

Umi : Kuat nangisnya?

Harish : nggak lah

Hafa : Nangisnya ditahan, Mi.

Sebentar kemudian keduanya asyik buat video, merekam pake hape jadul Umi. Kok seperti ada yang baru ya?

Umi : Lagi ngapain Harish?

Hafa : Lagi joget maikel jeksen.

Ups! Breakdance?

Mencari Coklat

Harish : Umi, pegang (sambil mendekatkan lehernya. Umi memegang bawah leher)

Umi : Owh! Basah! Keringetan. Dari mana?

Harish : Naik coklat. Harish lewat jembatan yang nggak rapuh.

Umi : Naik coklat?

Harish : Eh, nyari coklat, Mi, bukan naik.

Umi : Owh, asyik dong.

Harish kembali berlari ke depan, menghampiri Hafa dan teman-temannya. Di seberang talut memang ada beberapa pohon coklat dan jambu air yang sedang berbuah. Sampai jam segini Harish belum minta nyetel TV, padahal biasanya bangun tidur minta TV sambil sarapan, nonton Masha. Mungkin dia ingat pernyataan Umi semalam, hari ini nggak boleh nonton TV.

Baguslah

Hukuman

Hafa libur, Umi jadi sering kangen sama Harish.

Kok bisa?

Lha iyalah, kalau ada Hafa kan, Harish main sama Hafa terus, hampir semua urusannya di bantu Hafa. Hanya sekali-dua saja Harish menghampiri Umi, itupun biasanya mengadukan sesuatu.

Baru saja Hafa menangis, sedang tiduran kepalanya ditimpa Harish yang sedang beraksi memperagakan adegan di TV. Hafa berhenti menangis, marah-marah, pasalnya, air mineral yang baru diambilnya dan diletakkan di lantai ditendang Harish, akibatnya gelas plastik yang belum dibuka itu pecah dan airnya menggenang.

Umi : Besok sehari nggak boleh nonton TV.

Harish menyadari kesalahannya, dia menatap Umi, menilai ekspresi Umi.

Harish : Mbak Hafanya yang milih Boboboy.

Lirih dia menjawab, memahami apa alasan Umi memberi keputusan itu. Dia sadar, tingkah lakunya merupakan duplikasi yang ditontonnya.

Umi : Berapa kali hari ini Mbak Hafa nangis?

Hafa tidak menjawab.

Harish : Harish nangis dua kali, yang pertama waktu tangan Harish ketindih pas beranteman sama Mbak Hafa tadi, trus kedua Harish takut sama capung.

Ha ha ha bisa buat Mbak Hafa nangis, tapi takut sama capung.

Thursday 11 December 2014

Celana

Harish : Umi, ini celana siapa?

Umi : Seragam kepanduan Mbak Hafa waktu kelas satu. Cobain aja, Rish. Kalau udah cukup, untuk Harish aja, lumayan untuk celana main.

Harish : Boleh, Mi sama Mbak Hafa?

Umi : Boleh, kan nggak cukup lagi sama Mbak Hafa.

Harish mencoba memakai celana itu.

Harish : Umi, cukup. Panjangnya pas.

Umi : Subhanallah, artinya Harish sekarang besarnya seperti waktu Mbak Hafa kelas satu dong? Wah, harusnya sudah sekolah, ya?

Harish : Harish nggak mau sekolah, titik!

Lho?

Baca Surat

Harish merajalela.

Mbaknya lagi sibuk belajar, sedang ujian semester.

Main sama Umi nggak seru! Akhirnya? TV, komputer, laptop, hape.

Harish : Umi, pinjam hape

Umi : Kan sudah tadi.

Harish : Harish mau ngapain? Nonton TV hari gini nggak boleh, laptop di pake Umi, nonton kaset di komputer sudah, apalagi dong?

Umi : Kan bisa main mobilan, traktor, mewarnai, gunting kertas, mbungkus kado.

Harish : sudah semua, Umi.

Apalagi? Ngaji, sudah, walaupun sedikit.

Harish : Umi....

Umi : Boleh main hape, tapi baca surat dulu ya?

Harish : Surat apa?

Umi : Qulhu

Harish langsung membacakan surat Al Ikhlas, walaupun masih ada beberapa makhroj yang harus dibenarkan.

Umi : Satu lagi, An Naas

Ha ha ha lumayan, murojaah dua surat. Harish belum bisa diajak konsisten sih, jadi ya harus dicari peluang-peluangnya.

Tanggung Jawab

Sedang asyik ngobrol dengan Hafa di kamar belakang, tiba-tiba Harish muncul dengan mengendarai truknya, dan berkata dengan garang.

Harish : Mbak Hafa ini nggak bertanggung jawab!

:o

Umi : kenapa, Fa?

Hafa : Nggak tau, tadi kan dia ngajak Hafa main, Hafanya nggak mau.

Umi : Kenapa Rish, Mbak Hafanya?

Harish cemberut, tak menjawab.

***

Harish : Mbak Hafa, tolong bukaiin susu kaleng.

Dengan sedikit kesal, Hafa meninggalkan buku yang sedang dibacanya, lalu membuka kaleng susu dengan pisau.

Hafa : Nih, buat susu sendiri, yang mandiri, jangan semua-semua Mbak Hafa.

***

Bertanggung jawab, mandiri, disiplin, jangan lalai, . . .itu kata-kata yang sering mereka dengar dari lisan Umi, tapi terasa gimanaaaa gitu kalau lisan polos mereka yang mengatakan :D

Putih UB

Terdengar Harish menangis lumayan keras. Dua hari ini memang agak cengieng ngieng. Masalah sedikit bisa membuatnya menagis, maklumlah, masih menyimpan sariawan.

Umi : Kenapa lagi, Rish?

Harish : Sakiiit...sakiiit.

Umi : Apanya? Sini Umi liat.

Harish menunjukkan ujung jari telunjuknya. Memang agak kemerahan, tapi tidak nampak luka.

Umi : Ini kena apa?

Harish : Kena itu, waktu ngupas itu.

Harish memang membantu Hafa mengupas bawang putih yang mau dihaluskan.

Umi : Eh, nanti yang mblender bawang siapa?

Harish : Harish aja, Mi.

Seketika tangisnya berhenti.

Umi : Tapi yang masang blender dan nyolokin, Mbak Hafa ya?

Harish : Kenapa, Mi? Kan Harish bisa?

Umi : Sekarang Mbak Hafa dulu, kapan-kapan kalau sudah besar, Harish boleh yang masang.

Harish : Mblendernya sampai warna apa, Mi?

Ha ha ha, rupanya dia ingat mixer adonan bolu, kata Umi sampai warnanya putih.

Umi : warna putih, itu kan bawang putih.

Harish : Nggak puth kok, Mi, agak kuning.

Umi : Itu namanya putih UB

Peci

Harish : Umi, mau makan nasi. Ada lauk apa, Mi? (dari depan TV)

Umi : Tempe

Harish : Nggak mau lah, tempe.

Umi : Telur, mau?

Harish : Iya, telur orak-arik sama kecap.

Umi membuat telur orak-arik pesanan Harish, dia menyusul ke dapur.

Harish : Umi di film Boboboy itu ada kekuatan naga lho.

Umi : Kan nggak boleh nonton Boboboy?

Harish : cuma iklan lho, Mi.

Iklan

Harish : Umi, mau makan nasi. Ada lauk apa, Mi? (dari depan TV)

Umi : Tempe

Harish : Nggak mau lah, tempe.

Umi : Telur, mau?

Harish : Iya, telur orak-arik sama kecap.

Umi membuat telur orak-arik pesanan Harish, dia menyusul ke dapur.

Harish : Umi di film Boboboy itu ada kekuatan naga lho.

Umi : Kan nggak boleh nonton Boboboy?

Harish : cuma iklan lho, Mi.

Capung dan Laron

Harish : Umi, capung sama apa, Mi yang tadi malam?

Umi : Laron

Harish : Iya, capung sama laron itu dari mana?

Umi : Iya ya, dari mana ya?

Harish : Dari situ (menunjuk ke atas)

Umi : Dari lampu?

Harish : Bukan, dari tempat tikus.

Umi : Oo, dari plafon? Sepertinya bukan deh, Rish.

Seketika Harish berlari keluar kamar. Ternyata menemui Abi. :D

Harish : Abi, capung sama laron itu dari mana?

Abi : Laron berasal dari rayap yang hidupnya di dalam tanah.

Harish : Kalau capung?

Abi : Nah, belum tau Abi.

Umi : Bi, kalau sudah jadi laron kan terus mati ya? Trus yang nelur siapa?

Abi : Kalau kita bongkar rumahnya kan banyak telurnya, sepertinya ada semacam
kerajaan, ada ratu ang tugasnya bertelur...

Umi : Seperti lebah, ya?

Abi : ya, sepertinya begitu.

Umi : Kalau capung?

Abi : Mungkin dari kepompong.

Waah, PR nih untuk Umi :D, barangkali nanti ada yang nanya lagi :v

Belajar teruuuus!

Foto Copy

Harish : Umi, minta plastik

Umi : Untuk apa?

Harish : Untuk fotokopi

Umi memperhatikan apa yang sedang dilakukan Harish. Tadi baru saja dia menunjukkan gambar layang-layang buatannya. Sekarang terlihat tiga gambar yang mirip. Satu diselipkan di antara dua bantal yang ditumpuk. Kemudian bantal yang atas diangkat seperti membuka tutup mesin foto copy. Kemudian memasukkan kertas bergambar itu ke dalam plastik, kemudian diselotip.

Harish : Ini, Mi.

Harish menyerahkan plastik itu.
Hmm, permainan peran yang mendekati sempurna untuk anak seusianya.

Jarang Berjalan

Hmmm, serius nih sepertinya. Tangisnya melengking. Belum sempat mi bangkit, Harish sudah muncul dan menusupkan kepalanya kepangkuan sambil menangis kencang.

Umi : Coba Umi liat!

Masyaallah! Jidatnya benjol sebesar telur puyuh, terlihat lebam dipuncaknya.

Umi : Hus, tolong ambilin es batu, sedikit aja.

Harish : Nngak mau...nggak mau.

Umi : Nngak sakit, biar Allah cepat nyembuhin.

Sambil menangis Harish mau juga dikompres es yang dibungkus kain.

Umi : Hafa, tolong ambilin minyak herbal!

Beberapa menit Harish menangis, belum berhenti juga.

Umi : Hafa, tolong buatin susu.

Yaaa, Umi minta tolong terus. He he he, kalau sedang seperti ini, tugas Umi hanya membelai-belai Harish. Setelah minum susu, tangisnya reda.

Umi : Bobok siang dulu yok?

Harish menggeleng, melanjutkan mainnya. Yaaa, sekali-sekali meringis :D

***

Sore harinya.

Nangis lagi, lari-lari kesandung mainannya, sekarang yang sakitnya di dengkul dan punggung telapak kaki.

Yang benjol tadi siang terjerembab dan jidat terantuk lantai, Alhamdulillah sekarang sudah agak kempis, ck ck ck


Benjol

Harish : Umi, kenapa sih kalau kejedot, terus benjol?

Umi : itu karena ada pembuluh darah yang pecah dan masuk ke jaringan.
( Walaaah, ngerti nggak ya, Harish?)

Harish : Benjolannya dari mana, Mi?

Umi : Emmm, dari dalam.

Harish : Nggak darahan, ya Mi?

Umi : Kalau kulitnya nggak ada yang luka, darahnya nggak keluar. Tapi keliatan kok ada warna merah tuanya, nih ( menunjukkan puncak benjolan).

Belanja

Harish : Mi, dua ini berapaan? (menunjuk dua mainannya yang ada di atas meja)

Umi belum menyadari maksudnya. Setelah diperhatikan, ternyata Harish memegang dompet.

Umi : lima ribu.

Harish mengeluarkan selembar uang mainannya. Ternyata benar, uang lima ribuan.

Harish : Kalau ini, berapa? (menunjuk peluit)

Umi : Seribu

Harish mengeluar uang mainan dan diserahkan ke Umi.

Umi : Ini angka nolnya ada berapa?

Uang itu diambil, kemudian diperhatikan.

Harish : Empat

Umi : Ini uang sepuluh ribuan, kalau seribuan nolnya ada tiga.

Sambil bermain belanja-belanjaan, Harish menambah pengetahuannya tentang fungsi uang, mengenal angka, pengurangan dan sebagainya. Umi pun bisa sambil menulis :D

Pojok Ketemu Pojok

Umi : Beresin tempat tidur, yok?

Harish : Mbak Hafa rapiin spray yang pojok sana, Harish pojok sini udah selesai

Hafa : Mbah Hafa melipat selimut yang ini.

Harish : Harish yang mana?

Umi : Yang pink, agak kecil.

Harish menggelar selimut itu, dan melipat menurut seleranya.

Harish : Udah, Mi.

Umi : Aha ha itu bukan lipat Rish, tapi digulung. Liat Umi melipat selimut yang besar ini, pojok ketemu pojok, pojok ketemu pojok.

Umi menjelaskan sambil memperagakan, kunci melipat selimut itu, pojok ketemu pojok, sampai sesuai ukuran lipatan yang diinginkan.

Umi : Yok, Umi bantu pegang pojok yang satu, Harish pojok yang lain, trus kita temukan.

Harish : Berhasil! Yes! Mi, satung bantalnya diganti ya?

Umi : Boleh, ambil sarung bantalnya di lemari.

Harish mengambil sarung bantal dua lembar.

Harish : Ini punya Mbak Hafa, yang biru punya Harish.

Harish dan Hafa mengganti sarung bantalnya masing-masing.

Layangan

Harish : Umi, layangan buatnya dari apa?

Umi : Bambu, kertas, lem, benang

Harish : Umi bisa buat layangan?

Umi : Emm, pinteran Abi kalo buat layangan.

Harish : Tapi Abinya pergi.

Umi : Sambil nunggu, Harish menggambar layangan dulu, ya?

Selama nunggu Abi, benar-benar menyebalkan, he he he, bolak-balik tanya, kapan Abi pulang.

Umi : Harish ambil bambu dulu, di teras ada potongan bambu bekas. Trus siapin benang dan lemnya, nanti nunggu Mbak Hafa pulang, terus beli kertas minyak.

Hmm, semangat sekali dia. Tapi, setelah terkumpul bahan-bahannya, sedang Abi dan Mbak Hafa nggak nongol-nongol juga, nyebelin lagi deh. Umi harus memberikan beberapa alternatif kegiatan, sambil nunggu Abi. Biasa, kalau sudah ada keinginan yang menggebu, kreativitas menciptakan aktivitas lain jadi berkurang.

Yang ditunggu-tunggu datang, Harish masih harus bersabar menunggu, Abi makan dan istirahat sebentar.

Saat yang ditunggu datang, Abi membimbing hafa sekaligus membuatkan Harish layangan. Jadi ingat lagu saat anak-anak.

Ku ambil buluh sebatang - Ku potong sama panjang - Ku raut dan kutimbang dengan benang - Kujadikan layang-layang.

Jadi deh, aha ha layangan buatan Mbak Hafa miring, kanan-kiri nggak seimbang.

Abi : Kalau nggak seimbang, dia nggak bisa terbang. Seperti burung, sayap kiri dan kanannya seimbang, makanya bisa terbang tinggi.

Saturday 29 November 2014

Jontor

Umi sedang di kamar mandi saat terdengar suara tangisan Harish yang menggelegar...apa lagi yang berdarah, nih?

Hafa : Umi, gigi Harish darahan.

Umi : Iya, sebentar, kasih kapas dulu.

***
Umi : Mana?

Hafa : Sudah nggak darahan, sudah kumur-kumur.

Harish : Huuuu huuu sakiiit

Umi merengkuh kepala Harish dan memeluknya sebentar.

Umi : Sini, coba Umi liat....dah, nggak pa-pa, ini tadi kenapa?

Hafa : Kesandung kaki Hafa, trus dagunya kena lantai.

Umi : Husna, tolong ambil susu yang di kulkas.

Harish minum susu dengan pipet, takut kena bibirnya yang jontor.

Umi : Minumnya nggak usah pakai pipet, Rish. Susunya kan dingin, sekalian kompres, biar bengkaknya cepat hilang. Nutrijel yang Hafa buat sudah dingin belum?

Hafa : Masih hangat Mi, yang di mangkuk, belum padat semua.

Umi : Yang di nampan aja, kan lebih tipis, jadi lebih dulu dingin dan sudah padat.

Ah, sebentar aja ya Rish, nangisnya. :D

Belajar Naik Sepeda

Harish : Umi, belajar sepedanya di dalam rumah, ya?

Umi : Boleh

Hafa : Kenapa sih Harish belajar sepedanya nggak boleh dipegangi?

Umi : Hafa bisa naik sepeda karena diajari apa belajar sendiri?

Hafa : Diajari Mbak Husna.

Umi : Gimana caranya?

Hafa : Pertama Mbak Husna pegang, terus dilepas, Hafa jatuh. Trus dipegangi lagi, jalan sebentar, jatuh. Trus Hafa coba-coba sendiri, lama-lama bisa.

Umi : Nah, seperti itu maksud Umi.

Teh Susu

Harish : Mbak Hafa, kalau bikin teh susu, apanya dulu?

Hafa : Tehnya dulu

Harish : Kok tehnya dulu?

Umi : Biar tehnya bisa dipake lagi, kan satu kantung bisa untuk beberapa gelas.

Hafa : Air apa itu, Rish?

Harish : Dingin semua

Hafa : Kasih air panas dikit, biar tehnya agak coklat.

Harish : Umi, kalau kemanisan tambah apa?

Umi : Kalau diminum terasa manis, nggak?

Harish : Nggak

Umi : Itu bukan kemanisan, tapi kurang manis, tambah susu lagi.

Harish : Kalau kemanisan?

Umi : Kemanisan itu kebanyakan susu, maka tambah air, biar rasanya pas.

Friday 28 November 2014

Luka Berdarah

Huuuuuuaaaaa! Huuuuuuuaaaa!

Terdengar suara yang tidak asing lagi dari luar rumah, siapa lagi kalau bukan Harish. Bisa dipastikan barusan jatuh dan luka berdarah, he he, begitulah kebiasaannya. Kalau tidak luka dan berdarah, suaranya tidak seheboh itu.

Umi melanjutkan aktivitasnya, mengedit tulisan yang baru dibuat. Lumayan beberapa detik, sebelum melayani Harish yang biasanya tidak sebentar. Umi yakin tidak terlalu bahaya, karena tidak ada teriakan Hafa yang biasanya memanggil jika kondisi darurat.

Harish : Umiii, sakit, sakit, sakit.

Pertama yang Umi lakukan, merengkuh kepala Harish dan meletakkan dipangkuan, kemudian membimbing Harish ke matras, tempatnya biasa bermain.

Luka di dengkul, darahnya selebar uang receh limaratusan. Belum tahu kedalaman lukanya, tapi melihat darahnya yang tidak mengalir, sepertinya tidak terlalu dalam, bahkan mungkin hanya goresan.

Umi : Bi, tolong ambil kapas dan minyak herbal.

Kondisi seperti ini, tidak mungkin Umi bangkit meninggalkan Harish, bakalan lebih heboh!.

Harish : Sakiiiit! Sakiiiit! Sakiiit! (sambil membanting-banting kakinya ke lantai)

Umi :Iya, sakit, tapi kalau kakinya seperi itu, darahnya tambah banyak yang keluar.

Umi segera membersihkan luka itu dengan kapas yang dibasahi minyak, setelah bersih, dioles dengan minyak herbal.

Umi : Tolong buatin susu, Bi.

Setelah minum susu, tangisnya mulai mereda.

Umi : Harish mau makan?

Harish mengangguk-angguk. Umi segera mengambil nasi, tapi Harish malah keluar, terdengar seorang tetangga yang lewat menyapanya.

Setelah makan, walaupun sambil merengek, Harish mau mandi sama Abi.

Harish : Umi, lukanya sudah agak sembuh, Harish naik tangga ke atas, nggak sakit kok.

Alhamdulillah. Harish bermain lagi, Umi melanjutkan mengedit.

Thursday 27 November 2014

Banyak Makan

Umi : Harish, makannya tambah banyak, ya?

Harish : Iyalah

Hafa : Biar gendut ya, Rish?

Harish : Biar egh nya gede.

Umi : Egh apa, Rish?

Hafa : Oo, itu lho, Mi. Kemarin kan hafa abis minum, terus bunyi egh (sendawa) kuat banget, nah, Harish ikut-ikutan, tapi suaranya cuma kkek (seperti suara tercekik), gitu.

 Harish, wonten-wonten mawon.

Beberapa hari belakangan selera dan porsi makannya bertambah. Tapi wajar, karena kalau diperhatikan, aktivitasnya tidak pernah berhenti kecuali tidur malam. Tidur siang dia tidak mau, kecuali tertidur saat bermain di matras bahkan di lantai. Ada saja idenya untuk beraktivitas, walaupun sendiri. Kadang Umi sering terkaget-kaget mendengar suara baru, ternyata setelah ditengok, dia sedang menendang-nendang kotak bekas air mineral layaknya bola, mungkin bosan dengan bola yang bundar .

Atau bermain mobil bukan dengan suara sirine, atau suara mobil lainnya, tapi suara seperti sedang bercerita dengan bahasa alien, setelah diperhatikan, ternyata menirukan suara narasi di film berbagai jenis traktor yang sangat disukainya, entah itu bahasa Rusia atau lainnya.

Yang lucu, setelah tidurnya pindah di kamar atas, sebelum tidur menyiapkan baju untuk besok pagi, saat bangun sekalian dibawa, menirukan Mbaknya menyiapkan baju sekolah. Kalau Mbaknya hanya mengambil dari tumpukan yang sudah disetrika, kalau Harish, bajunya yang sudah disetrika dia setrika ulang dan itu konsisten dilakukannya.

Wednesday 26 November 2014

Membedakan Telur Mentah dan Rebus

Umi : Rish, coba tebak ini telur mentah apa telur rebus?

Harish menyentuh telur di piring kecil yang Umi sodorkan.

Harish : Rebus

Umi : Kok tau?

Harish : Kalau direbuskan jadi panas.

Umi : Pinter. Kalau baru direbus dipegang panas, tapi kalau sudah agak lama, ya dingin juga. Mau tau cara membedakan telur mentah atau telur rebus?

Harish : Gimana, Mi?

Umi : Hafa, tolong ambil telur mentah.

Hafa : Ini, Mi. Satu aja kan?

Umi : Sekarang perhatikan.

Umi memutar telur itu secara bergantian. Hafa dan Harish memperhatikan.

Umi : Sudah tau bedanya?

Hafa/Harish : Sudah.

Umi : Sekarang tutup mata.

Umi mengubah posisi ke dua telur itu.

Umi : Nah, boleh buka mata. Sekarang perhatikan, Umi putar lagi, lalu tebak mana yang telur rebus.

Harish/ Hafa : Ini ( menunjuk telur yang sama)

Umi : Pinter semua.

Apa yang membedakan telur mentah dan telur rebus?

#putaran telur rebus lebih lama dan lebih cepat.

Monday 24 November 2014

Truk Remote

Harish : Umi, liat deh. Ini kalau pulpennya turun mobilnya nggak bisa jalan lho.

Umi : Ini mobil apa?

Harish : Mobil truk remot buatan Harish

Umi : Buatnya diajarin Mbak Hafa, nggak?

Harish : Nggak, Harish sendiri.

Umi : Tadinya mobil apa, ini?

Harish : Itu lo, Mi. Mobil coca cola yang nemu waktu kita beresan rumah tahfidz.

Umi : Mana remotnya?

Harish : Ini dia

Umi : Subhanallah, Alhamdulillah, Harish tambah kreatif.

Latah

Harish : Umi tau nggak, emamak itu apa?

Umi : nggak?

Harish : emamak itu kaya temen mbak Hafa itu lhooo, pas mau jatuh ke comberan trus dia bilang emamak, gituuu...Umi nggak tau sih.

Umi : kalau hampir jatuh ataupun sudah jatuh, ucapannya innalillahi

Harish : ya boleh emamak, boleh juga innalillahi

Umi : kalau ngucapnya emamak nggak dapat pahala, kalau innalillahi dapat.

Harish : kalau anak-anak ngomongnya emamak, kalau orang dewasa innalilahi

ck ck ck bisa ajah!

Api

Umi : Allah tidak membiarkan Nabi Ibrahim teraniaya. Allah berfirman kepada api,"Menjadi dinginlah dan selamatkan Ibrahim!"

Harish : disemprot dong, Mi?

Aha ha ha, wah jadi macet nih ceritanya.

Umi : kalau disemprot, apinya jadi dingin ya?

Harish : he em.

Umi : apinya mati, nggak?

Harish : mati.

Umi : Nah, kalau api yang dipakai untuk membakar Nabi Ibrahim ini dingin tapi nggak mati. Apinya tetap menyala.

Harish : kok bisa?

Umi : Allah, getooo!

Jus Jambu

Hafa : Umi, buat jus sih?

Umi : Buat sendiri ya

Hafa : Yes! Jambunya berapa, Mi?

Umi : Dua aja, kan jambunya gede-gede

Hafa : Gulanya seberapa?

Harish : kalau kecil-kecil tiga, kalau agak gede dua

Hafa : Dikit amat?

Umi : Harish, itu kalau buat segelas teh. Gulanya lima sendok, Fa.

Pisang Meisis

Umi : Rish, mau pisang rebus?

Harish : Mau, tapi dikasih susu sama meisis

Umi : walah, gaya! Waktu Umi kecil mana ada begituan.

Harish : Iiiish, Umi mah.

Umi : liat dulu, susu sama meisisnya masih ada nggak?

Harish : masih kok

Umi : ya sudah, bawa sini

Gelar Karpet

Umi : Harish, tolong gelarin karpet di depan ya, Umi mau pengajian.

Harish : Kok Harish terus, sih?

Umi : Kan Mbak-mbaknya belum pulang

***

Harish : Umi, karpetnya sudah rapi, sendalnya sudah Harish susun, di teras sudah nggak ada sendal lagi. Kotak sampahnya sudah Harish buka.

Umi : Kenapa tutup sampahnya dibuka?

Harish : Biar nanti kalau tamu-tamu buang bungkus jajanan nggak usah susah-susah buka tutupnya.

Umi : Makasih ya, Harish hebat!

Sakit Mata

Harish : Umi, Harish sudah shalat sendirian.

Umi : Kok nggak shalat di masjid?

Harish : Nggak lah, bosen.

Umi : Bosen kenapa?

Harish : Rame

Umi : Walaupun rame kan masjidnya luas, nggak sempit.

Harish : Nggaklah. Umi Harish tadi abis shalat terus doa.

Umi : Doa apa?

Harish : Ya Allah, sembuhkanlah Harish. (sambil mengangkat dan menadahkan kedua tangan)

Hafa : Memang Harish sakit apa?

Harish : sakit mata sama pilek

Hafa : Sepertinya matanya sudah sembuh.

Harish : Belum neeeeh, masih agak merah dikit (sambil memelototkan matanya ke Hafa)

:v :v

Bangkai

Umi : Sssst! Rish, sini!

Harish : Ya, apa, Mi?

Umi : Bilang ke Abi, tolong cariin bangkai, Umi nyium baunya.

Harish : Bangkai apa, sih Mi?

Umi : Bangkai itu hewan yang sudah mati., misalnya bangkai cicak, bangkai tikus, bangkai ayam, dan lain-lain.

Harish : bangkai semut, sama nyamuk juga ya, Mi?

Umi : :D

Harish : Kalau bangkai orang?

Umi : Kalau orang ya jangan bangkai, nggak sopan.

Harish : Apa dong?

Umi : Mayat atau jenazah

Tamu

Harish : Umi, kalau ada tamu, assalamu'alaikum itu untuk apa, sih?

Umi : Assalamu'alaikum itu untuk kasih tahu yang punya rumah, ada orang di luar. Juga untuk minta izin, boleh bertamu, masuk ke rumah apa nggak? Eh iya, juga mendoakan yang punya rumah.

Harish : Kalau nggak boleh gimana?

Umi : Tamunya ya harus pulang, jangan maksa, lain kali aja bertamu lagi.

Harish : Kalau di rumah sakit apa di rumah terapi, kalau nggak boleh?

Umi : Kalau di rumah sakit atau di rumah terapi ya harus di terima.

Bungkus Kado

Kok sepi ya? Biasanya terdengar suara ciat-ciat gaya Jet li :D, paling nggak tiruan suara mobil atau sirine. Atau suara gledek-gledek roda traktoran, nah paling seru suara drum kaleng biskuit dan sendok steenlis :D

Ups! Ternyata....

Umi : Lagi apa, Rish?

Harish : Mbungkus hadiah untuk Mbak Hafa

Umi : Apa isinya?

Harish : Surat

Oo, pantesan tadi minta Umi tulisin nama Mbak Hafa :D

Menu Favorit

Harish : Umi, kata Abi Harish harus makan buah, makan nasi, banyak minum.

Umi : Kenapa memang?

Harish : Biar mata Harish sehat.

Umi : Ya nggak hanya mata,

Harish : Makanya Harish makannya nambah

:v Pinterrrr, Lha iyalah, wong makannya dengan menu kesukaan

Musik

Harish : Umi, kalau di hp ibu-ibu nggak boleh ada lagunya, ya? (pegang hp)

Umi : Boleh, tapi nyetelnya liat suasana.

Harish : Suasana apa?

Umi : Misalnya, pilih lagu yang nggak berisik, apalagi ada yang lagi belajar.

Harish : Apa lagi, Mi?

Umi : Misalnya lagi cape, nyetel lagu yang lembut.

Harish : Umi, Harish lagi cape

:v halaaaah, pinteran.

Kue Tart

Umi : Mau kue, Rish?

Harish/Hafa : Mauuuuu

Harish : Dari siapa, Mi?

Umi : Dari Bu Lastrie Trie

Harish : Memang Harish ulang tahun?

Umi : Nggak

Harish : Kok dikasih kue ulang tahun?

Umi : Namanya kue tart, bukan kue ulang tahun.

Harish : Kenapa Bu Lastri kasih kue Harish?

Umi : Karena baik hati dan sayang sama Harish

Hobi Baru

Sejak tidur di kamar atas, Harish punya hobi atau kebiasaan baru, menyiapkan baju sebelum tidur. Baju yang akan dipakai esok pagi, dibawa turun saat bangun tidur. Bukan sekedar memilih, tapi menyetrika ulang dan melipatnya kembali.

Hafa : Harish ini seperti yang mau sekolah aja

Harish : Ya biarin lah. Umi, kapan sih Harish boleh nggosok baju kabelnya dicolokin?

Umi : Kalau sudah tambah besar.

Harish : Sebesar Mbak Hafa ya, Mi?

Umi : He eh

Lantainya Hebat

Harish : Umi, mau jerup

Umi : Jeruk

Harish : Iya, jeruk. Tolong ambilin.

Umi : Ambil ndiri, ah (sambil meneruskan mengetik komen)

***

Harish : Umiiii! Hebat! liaaaat!

Ha ha ha ternyata jeruk itu dijadikan tennis tembok dan terakhir dibanting di lantai, mungkin maksudnya dipantulkan seperti bola.

Umi : Siapa yang hebat?

Harish : Semennya, liat jeruknya sampai kayak gini

Pedang Halilintar

Harish :Pedang halilintar, ciaaaaaaaaaat!

Umi : Harish abis nonton apa, Fa?

Hafa : Film Bo Boi Boy

Umi : Di mana?

Hafa : Di youtube, waktu Umi pengajian tadi.

Umi : Harish, tadi buka Bo Boi Boynya gimana?

Harish : Harish ketik traktor, trus di sebelah sininya (nunjuk bagian kanan) ada gambar Bo Boi Boy, langsung Harish pencet.

Umi : Pedang halilintar, apa Fa?

Hafa : Pedangnya kalau dilempar ke langit, trus hujan halilintar.

Umi : Rish, halilintar itu apa?

Harish : Petir (sibuk bermain mobilan kecil yang dijepit dengan gunting, menyebabkan mobilan meloncat)

Umi : Pedang dibuat dari apa, sih?

Harish : Besi

Umi : Kalau pedang dibuat dari besi, mungkin nggak dia bisa mendatangkan petir?

Hafa : Ya nggak mungkin banget laaaah

Hmmmm Maunya

Harish masuk kamar dengan muka cemberut, seperti mau menangis. Menghampiri matras dan merebahkan diri. Bete!

Umi : Kenapa, Rish?

Harish : Huuu huuu huuu

Alaaaah, malah nangis beneran. Umi menghampirinya.

Umi : Harish kenapa, kasih tau Umi dong.

Harish : Huu huu mobilannya rusak, Harish sudah cape-cape nyusunnya.

Harish menunjukkan mobil hasil modifikasinya. Memang terlihat berantakan,

Umi : Ayo Umi bantu benerin, mananya?

Harish : Huuu huu huuu (malah tambah kenceng)

Umi : Umi keluar dulu, sampe Harish mau ngomong sama Umi.

Umi keluar kamar, duduk di ruang tengah. Tangisan Harish tambah jadi. Tidak sampai satu menit Umi balik lagi, kalau dibiarkan bisa heboh dan panjang urusannya.

Umi : Harish mau minum susu?

Masih sambil tersedu, Harish mengangguk.

Setelah minum segelas susu, tangisnya hilang. Sejurus kemudian.

"Umi, tolong tulisin, yang ini balon terbang nggak pake sayap (menunjuk gambar yang baru dia buat), yang ini mobil truk bawa pasir lagi jalan, yang ini mobil truk lagi berhenti menuang pasir, yang ini mobil Queen."

Hmm, anak! Kadang nggak tau apa yang sebenarnya dimaui, apa yang dibutuhkan.  Dia cape, bete, tapi nggak tau solusinya apa, karena masih ada agenda di pikirannya yang ingin dilakukan.

Di situlah dibutuhkan pendamping yang memahaminya.

Mengapa Isi Pengajian

Hmmmm, Jum'at.

Harish nggak ada teman, Umi mo ke masjid, ya udah deh, diajak aja.

Selama Umi menyampaikan materi, Harish main game di hape. Nggak mau senyum, maklum bangun tidur. Tidak menggangu dengan banyak tanya, seperti kalau pengajian di rumah.

Sampai di rumah,

Harish : Kenapa sih, Umi yang suruh ngomong?

Hmm, dijawab apa ya? Ya namanya Umi diminta ngisi, kan nggak tanya alasannya?

Harish : Kenapa, Umi?

Umi : Karena Umi rajin membaca, rajin belajar, makanya bisa berbagi ilmu yang sudah didapat.

Eh, jawabnya bener nggak ya?

Harish : ngggggg....ngengg ( menirukan suara sirine sambil menjalankan mobilan polisi).

Loh? paham nggak ya? :v

Jadi Imam

Bersiap shalat Maghrib. Abi ke masjid, Harish lagi nggak mau ikut.

Harish : Umi, shalat jama'ah, ya?

Umi : Ya

Harish : Yang jadi imam siapa?

Umi : Harish lah, yang laki-laki.

Harish : Tapi Harish bisanya cuma Alhamdulillah sama Qulhu (Harish memang baru hafal Al Fatihah, Al Ikhlas, Al Falaq dan Annaas)

Umi : Makanya hafalannya ditambah.

Harish : Imamnya siapa, Mi?

Umi : Umi, ya?

Harish : Harish shalat sendiri ajalah, nanti mau ngaji sama Mbak Hafa.

Hafa : Hafa juga shalat sendiri ya, Mi, mau sekalian murojaah hafalan.

He he, akhirnya shalat masing-masing. Setelah salam, Harish langsung bicara.

Harish : Ayo, Mbak ngaji. Pake Qur'an yang hijau.

Umi : Ajarin Tabat ya, Fa.

Balita

Harish : Mbak Hafa, permen ini dibuat dari apa? (menunjukkan permen bertangkai yang akan dimakannya)

Hafa : Ini permen susu, dibuat dari susu bubuk

Harish : Kalau gitu Harish bayi dong, makan susu bubuk?

Hafa : Kalau bayi nggak bisa makan permen.

Harish : Fahri itu makan permen?

Hafa : Bayi itu nangisnya oek-oek, kalau Fahri itu balita.

Harish : Kalau Mbak Hafa?

Hafa : Kalau Mbak Hafa sama Mbak Husna, anak-anak.

Harish : Mas Hatif?

Hafa : Mbak Hany, Mas Hatif, Mas Hilmy disebut remaja, kalau Umi-Abi, dewasa.

Umi : Hafa, balita itu apa?

Hafa : Masa pertumbuhan setelah bayi.

Umi : Balita singkatan apa?

Hafa : Bawah . . . he he he nggak tau? (nyengir malu)

Umi : Balita itu singkatan dari bawah lima tahun.

Hafa : Kalau gitu Harish masih balita dong, kan umur lima tahunnya bulan Februari?

Umi : He eh


Catur sentil

Harish : Umi, krayonnya mana? Harish mau gambar.

Umi : Dibawa Mbak Husna, Harish pakai cat air aja.

Harish : Harish mau nggambar di buku, kalau pakai cat air nanti lengket.

Umi : Trus, gimana dong?

Harish : Harish mau main catur aja, sama Umi ya?

Umi : Umi nggak bisa main catur, sendiri aja ya. Pas yang putih giliran jalan, Harish duduk di situ. Nah kalau giliran hitam yang jalan, Harish pindah ke sini.

Harish : Iiih, kayak Marsha aja.

Umi : Kan Harish teman Marsha?

Harish : Ya nggaklah, orang Marsh di tipi. (Harish main catur sendirian. Hanya bertahan sebentar)

Harish : Umi, Harish mau main sentil aja lah.

Umi : Main senil gimana?

Harish : Gini loh, Mi (Harish memperagakan cara main yang dimaksud. Satu pion hitam dipasang di sisi kiri, satu pion putih di kanan. Pion putih disentil menabrak pion hitam)

:v

Mendidih

Harish menemani Umi yang sedang membuat adonan empek-empek.

Harish : Umi, kenapa air kalau di masak, bunyi?

Umi : Tolong ambil kursi, nanti Umi tunjukin.

Harish menyeret kursi, lalu berdiri di atasnya. Ditemani Umi, melongok air yang sedang di masak dengan panci kecil.

Umi : Lihat. Ini yang namanya mendidih, keluar uap, gelembung air dan bersuara.

Umi mengangkat panci kecil bergagang itu dari atas api, menuangkan sedikit airnya ke adonan dan meletakkan kembali ke atas kompor. Perlahan mengaduk adonan.

Harish : Kalau diangkat dari api, kok nggak bunyi lagi? Gelembungnya juga nggak ada?

Umi : Karena nggak sepanas ketika di atas api. Air mendidih kalau suhunya sudah mencapai 100 derajat celcius.

Harish mendengarkan penjelasan Umi, tapi tentu saja belum mengerti :D

Umi : Kalau Harish sakit, badannya panas nggak?

Harish : Seringan panas, malah panas banget.

Umi : Kalau Harish lagi panas banget waktu sakit, itu suhunya 40 derajat. Umi ukur pake thermometer kan? Nah, kalau sekarang, waktu sehat suhu badan kita hanya 37 derajat. Dah, sekarang turun, Umi mau nerusin buat empek-empek.

Garam

Umi membubuhkan garam halus ke adonan.

Harish : Umi, itu apa?

Umi : Garam.

Harish : Kok buat empek-empek dikasih garam?

Umi : Garam rasanya apa?

Harish : Ya rasa garam lah?

Umi : Maksud rasanya asam, apa manis, apa pedas.

Harish : Asin

Umi : Jadi supaya empek-empeknya ada rasa asin, ya dikasih garam.

Harish : Yang itu apa, Mi? (menunjuk toples yang berisi garam kasar)

Umi : Itu garam kasar, liat nih, kan gede-gede.

Harish : Untuk apa, Mi?

Umi : Ya untuk masak juga, biasanya dipakai untuk masakan berkuah, jadi garamnya larut di kuahnya. Atau untuk membuat sambal yang diuleg, jadi garamnya halus dan tercampur dengan sambal.

Wednesday 12 November 2014

Pegel

Alhamdulillah, Harish bangun pagi dengan ceria.

Umi : Harish semalam nangis berapa kali?

Harish : Nggak tau

Umi : Tapi kok ditanya Umi nggak jawab? Malah nangiiiis terus, lama lagi.

Harish : orang Harish nangisnya gede, jadi nggak kedengeran Uminya ngomong.

Umi : Lha, Harish kenapa nangis?

Harish : Kaki Harish pegel banyak

Abi : Iya, Abi mijitnya 6 kali, sampai jam satu malam, baru tidur nggak bangun lagi sampai pagi.

Harish : Itu obat di mangkuk kecil yang ditutup untuk Harish. ya?

Umi : Iya, herbal imuno sama madu. Soalnya Harish agak panas, trus keluhannya mirip seperti Bude, makanya Umi buatin obat, supaya badan Harish kuat ngadepin penyakit.

Harish : Kok nggak jadi diminum?

Umi : Gimana mau minum, lha Harish nangis nggak dengar Umi ngomong, trus Harish tidur. Minum sekarang aja, ya?

Harish : Iya

Masker

Harish : Umi, kenapa sih kalau dokter itu harus pakai masker?

Umi : Kapan Harish lihat dokter pakai masker?

Harish : kemari itu, waktu nganterin temen Abi ke rumah sakit, dokternya keluar bawa tempat tidur yang pinggirnya ada pagarnya.

Umi : Kalau menurut Harish, kenapa dokter harus pakai masker?

Harish : nggak tau

Umi : Supaya dokternya nggak ketularan penyakit, biar nggak kebauan juga sih. Abi, Umi kalau membekam pakai masker nggak?

Harish : Pake

Umi : Biar apa?

Harish : Biar nggak bau minyak zaitun.

Umi : Sama seperti dokter, supaya nggak tertular kalau ada bibit penyakit, juga supaya nggak kebauan juga.

Harish : Abi kalau bersih-bersih rumah, pakai masker juga?

Umi : Abi nggak tahan debu, kalau kena banyak debu jadi bersin-bersin.

Sebab Sakit

Harish : Umi, kenapa sih Harish pipis terus?

Umi : Coba sini, Umi liat. Hmm, badannya nggak panas, tapi memang agak anget dikit sih. Pusing nggak?

Harish : Nggak, tapi bibir Harish rasanya sariawan?

Umi : Iya, bibirnya merah. Sepertinya hari ini Harish minum teh, banyak ya?

Harish : Iya, tadi pagi minum teh Umi, trus Harish buat sendiri, trus sore Umi buatin lagi.

Umi : Mungkin itu yang buat Harish banyak pipis.

Harish : Mata Harish masih sakit, sekarang kaki Harish pegel-pegel, mana siiiih Abi, Harish mau dipijit Abi.

Umi : Pijit Umi, mau?

Harish : Nggaklah, Abi aja. Umi, Harish sakit karena minum teh banyak, apa karena kecapean sih?

Umi : Nggak tau juga siiih, yang penting kalau sakit diobati, biar Allah sembuhin.

Ngatur Rizki

Harish : Umi, Harish dikasih duit sama Pakde.

Umi : Berapa?

Harish : Tiga

Abi : Rish, masukin kotak infak Rumah Tahfidz satu ya.

Harish : Yang mana, Bi?

Abi : Yang warna hijau (Harish berlari ke ruang terapi, tempat kotak infak berada)

Harish : Udah, Bi.

Abi : Yang dua disimpan Umi.

Harish : Harish aja yang simpan.

Umi : Boleh untuk Umi satu, nggak?

Harish : Yang mana?

Umi : Yang biru

Harish : ya sudah, ini Mi

***

Hafa : Umi, bagusnya beli cat air lho, untuk melukis kardus.

Umi : Untuk apa?

Hafa : Untuk buat mainan sama Harish, buat rumah, gunung, pagar, kan bagus kalau kardusnya diwarnai.

Umi : boleh, Alhamdulillah tadi Harish dikasih uang sama Pakde, Hafa beli cat air, Harish beli spidol.

Harish : Jangan, Harish mau beli raket sama koq.

Umi : Kan raketnya ada tiga

Hafa : Punya Hafa satu, Mi. Yang dua punya Mbak Husna.

Umi : Ya udah, Harish beli koq, raketnya pinjam Mbak Husna.

Harish : Umiiiii

Umi : Uangnya nggak cukup, Rish kalau beli semua.

Harish : Pake uang Umi, Mbak Hafa pake uang Umi?

Umi : Mbak Hafa pake uang yang dari Harish tadi, nanti dibagi sama Mbak Husna.

Harish : Umiii ( nada  merajuknya keluar :v )

Umi : Ya sudah, Harish beli spidol sama raket mainan. Ada koqnya nggak, ya?

Hafa : Ada, Mi, yang dari plastik itu.

Harish : Beli di tokonya besok, ya Mbak Hafa?

Hafa : Hari Sabtu, Rish. Besok baru hari Kamis.

Harish : Kamis, Jum'at, Sabtu, besok trus besoknya, ya Mbak Hafa?

Hafa : Iya

Harish : Lama banget, ya?

:v :v

Tutup Tempat Sampah

Umi : Harish, tolong gelarin karpet di depan ya, Umi mau pengajian.

Harish : Kok Harish terus, sih?

Umi : Kan Mbak-mbaknya belum pulang

***

Harish : Umi, karpetnya sudah rapi, sendalnya sudah Harish susun, di teras sudah nggak ada sendal lagi. Kotak sampahnya sudah Harish buka.

Umi : Kenapa tutup sampahnya dibuka?

Harish : Biar nanti kalau tamu-tamu buang bungkus jajanan nggak usah susah-susah buka tutupnya.

Umi : Makasih ya, Harish hebat!

Langganan

Harish : Mi, kenapa sih abang somay itu sudah tau, kalau Harish beli somay dua, tahu sama somay, kecapnya banyak, bumbunya dikit.

Umi : Lha Harish kan sudah langganan

Harish : Langganan itu apa?

Umi : Langganan itu artinya Harish sering banget beli sama abang yang itu, jadi abangnya hafal kesukaan Harish yang mana.

Harish : Kalau abang yang bajunya oreng itu tau nggak? Kan Harish belinya cuma sekali?

Umi : Mungkin abangnya nanya, Adek mau somay yang mana, gitu.

Tuesday 11 November 2014

Batal

Harish : Mbak Hafa, Umi kemarin waktu sholat, kentut loh, terus wudhu lagi.

Hafa : Kapan?

Harish : Waktu Mbak Hafa sekolah

Walaaaah, pagi-pagi nggosip, ngomongnya kenceng-kenceng lagi.

Umi : Rish, kenapa kalau waktu sholat, kentut, harus wudhu lagi?

Harish : Karena bau

Umi : Weiiii! Kentut Umi nggak bau, kan bunyi? Biasanya yang bau tuh yang nggak kedengeran suaranya. Hafa, kenapa kalau kentut wudhunya harus diulang?

Hafa : nggak tau

Umi : Hafa tau apa-apa yang membatalkan wudhu?

Hafa : Tau lah! Kentut, BAB, BAK

Harish : Umi, batal itu apa sih?

Umi : Harish, batal itu wudhunya harus diulang. Hafa, batal itu nggak berlaku lagi, wudhu yang tadi sudah nggak kepake, makanya harus diulang, supaya sholatnya syah. Kan salah satu syarat syahnya sholat itu bersuci.

Tidak mudah mengajarkan teori fiqh pada anak-anak, lebih mudah mencontohkan.

Monday 10 November 2014

Ketapel

Harish : Umi, gimana ya, Harish mau bikin ketapret?

Umi : Apa ketapret?

Harish : Itu lho, Mi, yang buatnya dari kayu bentuknya begini (memperagakan menulis huruf Y) terus di sininya ada tali dari karet, trus di sininya di kasih batu, trus kita giniin, bisa jauh, bisa deket (memperagakan memakai ketapel)

Umi : oo ketapel

Harish : iya, ketapel.

Umi : ya sudah, cari kayu yang bentuknya seperti huruf Y (memperagakan huruf Y)

Harish : nyari di mana? Harish nggak tau?

Umi : nanti nunggu Mbak Hafa pulang

Harish : kesorean

Umi : ya, nunggu Umi abis sholat ashar dulu

Harish : Umi shalatnya sekarang!

Umi : iya, iiiiish, nggak sabaran deh

Harish : cepetan dong, Miii!

Umi : Iyaaaaaaaa


Sementara Umi wudhu kemudian shalat, Harish membuat ketapel dengan sisir, karet gelang dan coin gopekan.

Baru saja salam, Harish sudah ribut mengajak Umi mencari kayu untuk buat ketapel.

Harish : Kok bawa peso, Mi?

Umi : untuk motong kayunya

Umi dan Harish ke pekarangan depan, mencari kayu berbentuk huruf Y


Harish : Ini kayu apa, Mi?

Umi : ini ranting pohon jambu biji

Harish : mana bijinya? 

Umi : belum buah. Jambu biji, yang waktu itu Mbak Husna buat jus yang warna pink.

Harish : Ini apa, Mi?

Umi : ini elastis, biasanya untuk buat celana.

Harish : Kok nggak pake tali plastik?

Umi : kalau pake tali plastik, nggak bisa molor, nanti pelurunya nggak bisa jauh.

Harish : pake batu ya, Mi?

Umi : pake kertas yang dipadatkan aja, biar kalau kena orang atau kena Harish nggak sakit.

Jadi deh ketapel Harish 

Saturday 8 November 2014

Getah

Harish : Umi tau getah, nggak?

Umi : Apa, getah?

Harish : getah itu yang di pohon lho, Mi. Yang bikin gatel orang.

Umi : warnanya apa?

Harish : putih

Umi : seperti air, ya?

Harish : ya memang air?

Umi : Harish, getah itu banyak macam dan kegunaannya. Kalau getah yang bisa buat gatel, biasanya getah keladi.

Harish : pohon keladi yang kayak mana?

Umi : nanti kita liat di internet ya, kapan-kapan kalau ketemu pas kita lagi pergi, Umi tunjukin deh. Harish tau nggak, karet gelang, ban mobil, ban sepeda itu terbuat dari apa?

Harish : dibuat Allah.

Umi : dibuat dari getah pohon karet. Iya, yang menciptakan pohon karet itu Allah. Eh ada loh, getah yang bisa untuk ngobatin luka.


Harish : getah apa, Mi?

Umi : getah pohon jarak pagar, nanti minta tunjukin Mbak Husna, sepertinya di kebun depan ada. Harish tau nggak, getah pohon kates untuk apa?

Harish : nggak tau.

Husna : untuk ngeluarin duri, kalau kita kecucuk duri kecil, Rish.

Thursday 6 November 2014

Hamil

Harish : Umi, waktu Harish di perut Umi, gimana masukinnya?

Umi : kalau menurut Harish, gimana?

Harish : waktu Umi belum hamil, Umi minum susu bubuk yang ada gambar hamilnya, trus jadi deh Umi hamil Harish.

Umi : Allah yang menciptakan Harish di rahim, di dalam perut Umi, awalnya keciiiiil banget, trus lama-lama membesar, karena Harish juga makan dari makanan, susu, minuman yang Umi makan.

Harish : trus, keluarin Harishnya gimana?

Umi : kalau sudah waktunya lahir, Allah bukakan pintu untuk keluar.

Harish : pintunya mana, Mi?

Umi : kalau sudah lahir, pintunya di tutup lagi.

Kaki Naga

Harish : Mbak Hafa, Abi beli kaki naga lho

Hafa : Kaki naga apa?

Harish : Liat tuh di kulkas

Hafa : O, kaki naga udang

Harish : mana udangnya? mana kaki naganya?

Hafa : ya ini, kaki naganya dicampur sama udang

Umi : namanya kaki naga, karena bentuknya dianggap seperti kaki naga. Buatnya dicampur udang.

Harish : gimana matiin naganya?

Hafa : naga itu ada nggak sih, Mi?

Umi : dongeng

Hafa : dongeng itu apa?

Umi : dongeng itu sebenarnya sesuatu yang nggak ada, nggak pernah terjadi, tapi dibuat cerita, kadang-kadang dibuat gambarnya. Seperti naga, digambarkan sebagai ular raksasa yang berkaki, tapi dipelajaran ilmu pengetahuan alam, ular itu binatang melata, tidak berkaki.

Untuk Apa Sekolah?

Harish : Umi, sekolah itu untuk apa?

Umi : untuk belajar biar pintar

Harish : oo untuk yang nggak mau belajar?

Umi : untuk yang mau belajar, mau tambah pintar

Harish : untuk orang yang nggak pinter ya, Mi ?

Umi : Lha, Harish mau pinter kan?

Harish : pokoknya Harish nggak mau sekolah

Umi : kenapa sih Harish nggak mau sekolah?

Harish : Harish nggak mau masuk kelas, maunya di luar.

Umi : Tapi Harish mau belajar kan?

Harish : Mau, tapi di rumah, bu gurunya Umi

ck ck ck piye ki Pak Anis Baswedan? Wajib belajar apa wajib sekolah?

Minum Berdiri

Harish : Umi, kenapa sih kalau minum kita harus duduk sama tiga-tiga?

Umi : karena Rasulullah mengajarkan begitu

Harish : untuk apa?

Umi : minum sambil duduk, supaya beda dengan kambing, mbeeeeeek! :D kalau kambing kan minumnya sambil berdiri, trus supaya kita juga lebih sehat.

Harish : kalau minum tiga-tiga?

Umi : supaya sehat juga. Kalau kita minum sekaligus satu gelas, dada kita sering terasa sakit, trus nafas kita yang keluar dari hidung, masuk ke gelas, keminum lagi deh. Kalau minumnya tiga teguk, bernafas dulu, itu lebih baik dan tidak terburu-buru.

#Harish nyambung nggak ya? #mikir :D

Mata Satu


Harish : Umi, orang jahat itu matanya di tutup satu lho, nih kayak gini.

Umi : Kenapa matanya ditutup satu?

Harish : ya kalau ditutup dua, nggak bisa ngliat laaaah!

:v :v :v

Umi : sini Umi kasih tau. Orang jahat itu kan suka berantem, nah dulu pas brantem, matanya yang satu kena pedang lawannya, jadi buta, mengerikan kalau diliat, makanya ditutup.

Thursday 30 October 2014

Saos Terong

Harish : Mbak Hafa kok beli saos?

Hafa : Mana?

Harish : Itu?

Hafa : Coba baca

Harish : Sa-os-te-rong (dengan yakin Harish mengeja tulisan di botol itu)

Hafa : Ha ha ha Ini bacanya sambal asli, Harish

Harish : Itu ada gambar terongnya?

Hafa : Ini bukan gambar terong, tapi cabe, kalau terong warnanya ungu.

Harish : Umiiii, ini sambal apa saos?

Umi : sambal Rish, dah dimakan nasinya.

Monday 27 October 2014

Api Dingin

Umi : Allah tidak membiarkan Nabi Ibrahim teraniaya. Allah berfirman kepada api,"Menjadi dinginlah dan selamatkan Ibrahim!"

Harish : disemprot dong, Mi?

Aha ha ha, wah jadi macet nih ceritanya.

Umi : kalau disemprot, apinya jadi dingin ya?

Harish : he em.

Umi : apinya mati, nggak?

Harish : mati.

Umi : Nah, kalau api yang dipakai untuk membakar Nabi Ibrahim ini dingin tapi nggak mati. Apinya tetap menyala.

Harish : kok bisa?

Umi : Allah, getooo!

Merokok

Harish masuk kamar dengan pipet minum di bibir, gaya perokok.

Harish : Umi tau nggak, sih, Harish lagi ngrokok.

Segera Umi menghadapkan seluruh wajah dan tubuh padanya, siap mendengar penjelasaan sambil putar otak memilih bahasa yang tepat untuk meluruskannya.

Umi : Rokok itu apa?

Harish : Rokok itu ya, Mi, untuk orang sakit. Kalau orang cape ngomong, terus itu ngrokok.

Oo, begitu pmahamannya tentang rokok. Mungkin itu belum seluruh apa yang dipahaminya dijelaskan, terkendala kosa kata yang masih terbatas.

Umi : Rokok itu ada apinya nggak?

Harish : Ada

Umi : Api itu panas nggak?

Harish : Panas

Umi : Kalau ngrokok, mulutnya bisa panas nggak, bisa kebakar nggak?

Harish : Bisa

Umi : ngrokok itu kan disedot, nah panasnya bisa masuk ke tubuh. Jadi bibir, mulut, tenggorokan bisa panas, dalam tubuh juga bisa panas, nah lama-lama nanti bisa sakit.

Harish : Terus nanti lama-lama bisa mati ya, Mi?

Umi mengangguk. Harish tampak berfikir.

Harish : Tapi kan apinya bo'ongan, nih nggak ada apinya

Umi mengangguk, Harish berlari keluar kamar sebentar, dan masuk lagi.

Harish : Umi, Harish nggak ngrokok lagi.

Umi : Subhanallah, anak pinter!

Bolu

Harish : umi kapan bikin kuenya?

Umi : mana mbak Husna?

Harish : di rumah tahfidz

Umi :panggil dong

Harish segera kelua, berteriak memanggl.

Harish : Umiii Mbak Husna payah! Kita buat sendiri yok, Harish yang mblender

Umi : mixer

Harish : iya, mixet

Umi : oke, Harish yang mixer, Umi yang siapin cetakan

Taraaaa bolu azli, telur, gula, terigu, mesis

Photo Umi

Harish : Umi, kenapa sih Harish nggak boleh photo Umi kalao nggak pake jilbab?

Umi : Kan nggak semua orang boleh liat Umi kalau nggak pake jilbab?

Harish : kan yang liat Harish?

Umi : Iya, takutnya ada yang liat photo Umi di hape..

Harish : Kan nggak Harish tunjukin ke temen Harish?

Umi : Harish mau mphoto lagi?

Harish : iya

Umi : tuh, banyak yang mau diphoto, ada bunga, ada traktor Harish, ada botol, apa aja boleh, tapiiiiiii...jangan Umi yang nggak pake jilbab atau yang auratnya kelihatan  :v

Es Krim

Harish : Umi, apa itu?

Umi : santan

Harish : kok kayak susu?

Umi : he em.
Harish memperrhatikan apa yang dikerjakan Umi.

Harish : Umi mau buat es ya?

Umi : nggak

Harish : kok dimasukin freezer?

Umi: kalau lagi sempet, Umi buat santan yang banyak, dimasak sampai mendidih, setelah dingin, santan kentalnya di simpan di freezer, biar nggak cepat basi. Kapan-kapan kalau mau masak pakai santan, tinggal ambil di freezer

Harish: tapi lama-lama jaxi es kan?

Umi: ya, tapi nggak enak dimakan karena nggak Umi kasih gula atau lainnya.

Harish : Umi, kapan-kapan bikin es krim ya?

Umi : insyaallah

Kalau Nggak Laper

Umi : Hafa besok puasa?

Hafa : Iya

Harish : Umi, Harish juga mau puasa

Umi : beneran?

Harish : betulan! Tapi kalau besok laper...nggak jadi puasa

Pedang

Harish : Umi, Abi ke mana?

Umi : motong sapi

Harish : di mana?

Umi : Perumahan atas

Harish : pake apa?

Umi : motor lah.

Harish : pake pisau apa pedang, lho Miiii?

Umi : ooo, pake golok

Warna Allah

Sore tadi Hafa dan Harish mewarnai kaligrafi berlafadz Allah. Rupanya masih teringat sampai menjelang tidur.

Harish : Umi, Allah itu warnanya merah, ya?

Umi : tulisan Allah yang warnanya merah, karena tadi Harish pake warna merah.

Harish : Kalau Allah warnanya apa, Mi?

Umi : Abi sudah berangkat pengajian, Rish?

Harish : Sudah, tapi pintunya belum dikunci.

Umi : Yok kunci pintu dulu?

Selesai mengunci pintu, Harish sudah bertanya yang lainnya.

Pake Uang Sendiri

Wow! Gaya! Harish lagi "baca" koran, tunggu aja, sebentar lagi...

Harish : Umi, yang ini spitmen ya?

Umi : Yang mana? (Harish menunjukkan gambar yang berisi tokoh-tokoh cerita anak populer)

Harish : ini yang bajunya merah, garis-garis.

Umi : spaidermen (penulisannya sesuai lafadznya aja yah :v)

Harish : yang ini? (halaaah, semua ditanya. tapi kan nggak semuanya Umi hafal?)

Umi : yang ini robot

Harish : iyaaaa, robotnya namanya siapa?

Umi : sama robot ini Umi belum kenalan

Harish : Iiiiis, Umi maaaah.

Tok tok tok, terdengar penjual somay lewat.

Harish : Umi, Harish boleh beli somay?

Umi : Boleh ( Harish berlari keluar memanggil dan kembali lagi, Umi bangkit untuk mengambilkan uang, tapi...)

Harish : stop! Umi nggak usah kasih uang, pake uang Harish sendiri.

Latah

Harish : Umi tau nggak, emamak itu apa?

Umi : nggak?

Harish : emamak itu kaya temen mbak Hafa itu lhooo, pas mau jatuh ke comberan trus dia bilang emamak, gituuu...Umi nggak tau sih.

Umi : kalau hampir jatuh ataupun sudah jatuh, ucapannya innalillahi

Harish : ya boleh emamak, boleh juga innalillahi

Umi : kalau ngucapnya emamak nggak dapat pahala, kalau innalillahi dapat.

Harish : kalau anak-anak ngomongnya emamak, kalau orang dewasa innalilahi

ck ck ck bisa ajah!

Korban Iklan

Harish : Umi liat deh (menunjukkan kakinya yang ada sedikit bentol warna merah)

Umi : apa itu?

Harish : Ini bekas luka, kalau aja Harish beli der*****, pasti bekas lukanya ilang.(#ups! korban iklan).

Umi : Ini juga insyaallah dua hari lagi ilang, kan di dalam badan Harish ada yang yang tugasnya memulihkan luka.

Bakaran Perut

Umi : Rish, tolong ambilin moksa, Mbak Husna sudah harus dimoksa, nih.

Harish : di mana, Mi?

Umi : di lemari, dekat wadah jarum akupunktur

Harish : yang kayak apa sih, Mi?

Umi: yang seperti rokok, tapi besar

Hatish : ooo, yang untuk bakaran perut itu, ya? (berlari mengambil moksa)

Abi  yang beberspa hari ini sulit tertawa karena sakit, terbahak-bahak. Harish suka buat istilah sendiri, dia pernah melihat Umi moksibasi di daeah pusar.

Allah nggak sholat

Umi : Di Mekkah terdapat Ka'bah, yang menjadi arah hadap semua orang yang sholat. Harish kalau sholat ngadep mana? (Harish menunjuk arah kiblat). Di sanalah letak Mekkah.

Harish : Allah sholatnya juga ngadep sana, Mi?

Umi : Allah nggak shalat karena Allah bukan manusia.

Harish : Trus, Allah apa dong, Mi?

Umi : Allah yang menciptakan manusia.

Harish : Umi, liat gambar Allah dong? (Harish mengambil buku di pangkuan Umi)

Umi : Allah tidak bisa digambarkan, paling-paling juga gambar tulisan Allah.

Harish : Ini gambar apa, Mi? ( Harish menanyakan setiap gambar yang ada di buku)

Sunday 19 October 2014

Ngaji, Mi!

Umi sedang menyelesaikan tulisan serius, saat Harish seperti orang kebingungan mau melakukan apa. Gini deh, kalau nggak mau sekolah!

Harish : Umi, ngaji yok.

Hhhh! Umi menghela nafas, rasanya gimanaaa gitu? Lagi tanggung soalnya. Dengan kesabaran yang agak dipaksakan, Umi melepas pandangannya dari monitor laptop.

Umi : Ya sudah, ambil buku Iqro'nya.

Harish : Pake Qur'an aja.

Umi : Kan Harish belum bisa bacanya?

Harish : Kalo pake Qur'an itu hebat.

Umi : Yo wes, sini. Mau ngaji yang mana.

Harish membuka halaman belakang, di mana ada surat triqul, dia biasa seperti itu dengan Hafa. Dia mulai membaca surat Al Ikhlas. Karena bunyi hurufnya banyak yang belum sempurna, Umi berulang kali membenarkan.

Baru sampai pertengahan surat Al Falaq,

Harish : Umi, ngajinya pake Iqro aja

Umi : Oke, ambil dulu Iqro'nya.

Ronde kedua.

Namanya Harish, mana mau ngaji berurutan seperti anak-anak TPA. Akhirnya pake teknik tebak huruf, dia suka. Beberapa tambahan huruf berhasil diserapnya.

Kok pengalaman Umi bertahun-tahun ngajar ngaji di TPA nggak bisa mulus diterapkan ke Harish ya?


Tuesday 14 October 2014

Mogok Sekolah

pos fb 18 Juli 2014

Hari kelima, negosiasi belum berhasil, Harish belum mau masuk kelas tanpa Umi.

"Ya, udah, Harish nggak usah sekolah dulu," katanya menghentikan tangis maut yang nggak bisa meruntuhkan pertahanan Umi. Ha ha ha, cembetut tingkat tinggi.
 giliran Harish nemenin Umi, ngeluarin simpenan ilmu, ha ha ha, yok njait baju lebaran. lumayan ngilangin ngantuk


Umi Mau Pergi

pos fb 22 Juni 2014

"Kok bajunya dimasukin tas? Emang Umi mau pergi?" tanya Harish.

"He em."

"Umi Mau ke mana?"

"Ke Jakarta."

"Ngapain?"

"Jenguk Mbak Hany"

"Pergi sama siapa?"

"Sendiri."

"Harish sama siapa?"

"Harish besok ke Metro, sama Abi. Katanya kangen sama Mbak Husna, Mbak Hafa."

"Umi kapan berangkat?"

"Insyaallah nanti malam."

"Ya udah," jawab Harish, melanjutkan mainannya

Lho? Semudah itu? Kupikir bakalan terjadi negosiasi yang alot! Ha ha ha kadang orang tua kurang tepat membaca perkembangan anak. Sering dikejutkan dengan hal yang tak terduga. Hmm, Harish sudah besar.

Tapi...entahlah, bagaimana nanti malam saat melepas kepergian Umi.

Pengantar

Ternyata status di facebook yang menceritakan tentang Harish cukup banyak.

Supaya mudah dicari kembali, sepertinya tepat kalau dibuat blog sendiri tentangnya, dengan harapan, walaupun terlihat remeh dan dibaca terasa ringan, tetap ada manfaat yang bisa diambil dan menginspirasi.

Semoga