Friday 30 October 2015

Senyum Di Pagi Hari

Wajah Di Pagi Hari

Ada aktivitas baru sejak Harish sekolah. Hampir setiap pagi, sambil mengantar Harish, kujumpai wajah-wajah dengan berbagai ekspresinya.

Tapi yang paling mengusik adalah saat memperhatikan wajah yang tanpa senyum, sepertinya otomatis terbaca beberapa kemungkinan bagaimana suasana hatinya. Ada yang menampakkan aura amarah, ada yang terlihat begitu berat beban yang ditanggungnya, sekali waktu terduga rasa kecewa yang sedang menggelayuti fikirannya.

Hai hai, seperti itukah orang lain memandangku?

Ha ha, entah benar atau salah ramalanku. Entah seprti itu atau tidak cara orang lain memandangku, tappi aku merasakan efek positifnya. Bukankah kita harus selalu menciptakan efek positif dari apa yang kita amati?

Apa itu?

Refleks aku tersenyum!

Pura-pura? Dipaksakan?

Tidak! Itu sebuah upaya penuh kesadaran yang terus menerus dan akhirnya berubah menjadi refleks.

Senyum tulus itu ketika suasana hati gembira dan bahagia, tapi kita bisa coba membaliknya.

Tersenyumlah! Semoga iti akan membuat hati gembira dan bahagia.

Hayooo, mana senyummu? ☺☺☺☺

Melatih Adab n Memfasilitasi

Harish : Umi...(sambil matanya memandang ke salah satu peserta pengajian yang duduk paling pinggir)

Umi : Maaf Bu, duduknya agak maju sedikit, Harish mau lewat.

Kadang orang dewasa kurang memfasilitasi saat menghendaki perubahan sikap pada anak. Saat pengajian sering kita perhatikan anak-anak lalu lalang di tengah lingkaran peserta pengajian, bahkan melangkahi hidangan.

Mungkin sebagian kita menganggapnya wajar, namanya anak-anak, belum tahu adab, sopan santun.
Tapi, anak tidak akan tahu dengan sendirinya, justru saat kejadian perlu diarahkan.

Dan hendaknya ada kerjasama antar orang tua, jangan sampai satu melarang, yang lain membiarkan bahkan mempersilkan.

Contoh kejadian di atas, Harish sedang melaksanakan ajaran Umi, adab melewati jamaah. Jangan lewat di depan Ibu-ibu, jangan berdiri di kursi saat ada yang pengajian.

Nah, sebaiknya fasilitasi, beri jalan untuk keluar masuk, duduknya jangan mepet tembok. Siapa yang melihat pelanggaran, segera ingatkan dengan cara yang baik. Berlakukan untuk semua anak yang hadir.

Wednesday 7 October 2015

Salah Fokus

Harish : Ha ha ha,  Umi, ini foto apa?

Umi : Yang mana?

Harish : Yang ini, ha ha ha.

Umi : Masyaallah, ha ha ha, itu tadi Umi mau moto gunung yang di pinggir jalan ke rumah Mas Hilmy, Umi lagi dibonceng Abi, siang-siang kan silau, jadi nggak jelas ada gambar apa di layar. Umi kira-kira aja fokusnya, trus cekrek-cekrek, ha ha ha, nggak taunya kamera lagi di posisi selfie.

Padi Gabug

Harish : Mi, kok padinya ada yang ditinggalin sama petaninya?

Umi : Itu gabug, kosong, nggak ada isinya.

Harish : Lha berasnya kemana?

Umi : Kata Abi, waktu padinya masih muda dimakan burung, tinggal kulitnya.

Harish : Kok Abi tau?

Umi : Abi kan anak petani 😃

Pakan Ternak

Harish : Umi, pak tani itu bawa apa?

Umi : Rumput dan daun-daunan.

Harish : Unyuk apa, Mi?

Umi : Untuk makanan ternak, sapi, kerbau, kambing.

Hafa: Kalau batang padi, uhtuk apa? Tadi ada juga yang bawa dengan katung.

Umi : Untuk pakn ternak juga.

Hafa : Kan sudah banyak yang kering, apa mau ternaknya?

Umi : Bahkan bagus untuk simpenan, waktu diberikan ke ternak, dicampur bahan lain, misalnya dedak.

Harish : Dedak apa, Mi?

Umi : Kulit padi yang digiling halus, hasil sampingan saat menggiling padi jadi beras.

Monday 5 October 2015

Belajar Masak

Harish : Umi, airnya sudah mendidih.

Umi : Ya, tolong matiin kompor, makasih.

Harish : Umi mau masak apa?

Umi : Nggoreng pisang.

Harish : Kapan sih, Harish diajrin masak?

Umi : Kan sudah sering, buktinya Harish sudah bisa nyalain ko,por, matiin, sudah tahu air mendidih.

Harish : Maksudnya masak kayak Umi sama mbak-mbak.

Umi : Nanti kalau Harish sudah lebih tinggi, soalnya tempat kompornya tinggi.

Harish : Kan bisa berdir di kursi?

Umi : Bahaya.

Harish : Kok pisangnya nggak dipotong tiga?

Umi : Lha, ini dipotong tiga?

Harish : Maksudnya yang dibuat seperti kipas.

Umi : Ini pisangnya belum terlalu masak, dibelah tiga biar nggak terlalu tebal, trus masaknya pake api kecil, biar mateng sampe dalam.

Sunat

Harish : Umi, sunat itu untuk apa, sih?

Umi : Laki -laki muslim itu memang harusnya sunat.

Harish : Ya untuk apa?

Umi : Supaya bersih dari najis, kan kalau sholat kita harus suci dari najis? Kalau nggak sunat, susah bersih dari pipis, pipis kan najis?

Harish : Mbak Hafa katanya sudah sunat waktu bayi, gimana nyunatnya? Kan Mbak Hafa perempuan, beda?

Umi : Beda caranya.

Harish : Dipotong juga?

Umi : Harish, sunat itu nggak dipotong. Kalau laki-laki, hanya diambil kulit ujungnya, kalau perempuan hanya dilukai sedikit.

Harish : Kalau sudah sunat, pipisnya boleh nggak buka celana, ya?

Umi : Kok nggak buka celana, kena pipis dong celananya? Ngompol, gitu?

Harish : Maksudnya celananya nggak dilepas, cuma dibuka dikit, trus *****nya dikeluarin.

Umi : Oo, kalau gitu sih, belum sunat juga bisa, asal celananya nggak kena. Eh, pipisnya sambil duduk apa berdiri?

Harish : Berdiri.

Umi : Sebaiknya duduk jongkok, terus istinja/cebok.

Harish : Umi, Harish pernah pipis sambil berdiri trus nggak cebok, waktu itu main sama Mbak Hafa ke kebon jauh, kata Mbak Hafa suruh kayak gitu, kan jauh dari rumah, keburu kebelet.

Umi : Lain kali, jongkok ya, trus sampe rumah langsung cebok, ganti celana. Celananya jangan dicampur cucian lain, kasih tau Umi.

Wednesday 30 September 2015

Belajar Saat Mati Lampu

Harish : Umi, kok lilin kita beda sama lilin Abi?

Umi : Beda apanya?

Harish : Punya kita apinya diam aja, lilin Abi bergerak-gerak.

Umi : Lilin kita di kamar, nggak kena angin, lilin Abi di ruang tengah, kena angin.

Harish : Anginnya dari mana?

Umi : Dari luar rumah, masuk lewat ventilasi, tuh lubang-lubang yang di atas pintu dan jendela. Rish, angin tuh apa?

Harish : Angin...eeem, ya angin.

Umi : Angin itu udara yang bergerak.

Harish : Umi sudah tahu, kok nanya?

Umi : Lha Harish juga, kalau mau ngasih tau Umi, nanya dulu, 'apa coba?' Baru ngasih tau.

Harish : Iiih, Umi ngintilin Harish.

Friday 11 September 2015

Baca Peta


Harish : Umi, bunderan dimana?

Umi : Di jalan yang ada patung Radin Intan itu lho, kalau kita dari Metro, kan meliwati.

Harish : Ini lho, di peta.

Umi : O, sini, yok kita lihat. Nah, ini di peta propinsi Lampung.

Harish : Jakarta dimana, Mi?

Umi : Nih, yang warna kuning.

Harish : Abi sekarang dimana, Mi.

Umi : Sekarang lagi di jalan, tadi pagi berangkat dari Kediri.

Harish : Kapan sampe rumah, Mi?

Umi : Insyaallah, besok.

Thursday 10 September 2015

Umi Cantik, La Tardhob


Begitulah kalau sudah klik.

Banyak sekali hal baru yang di dapat dari sekolah, dan itu dia praktekkan di rumah.

Bagi Harish, Umi disebut marah, jika :

1. Saat dia bicara atau memanggil, Umi kurang memperhatikan.

2. Ada aura merengut di wajah Umi.

3. Bicara dengan intonasi yang agak ditekan.

4. Tatapan mata yang memancarkan ketidak ikhlasan apalagi kejengkelan.

5. Membentak.

6. Diam yang beraroma pengabaian.

"Kalau Harish bilang Umi cantik, Umi nggak boleh marah, ya."

Ha ha, itu vonisnya untuk Umi. 

"Ya tapi, Harish jangan bikin marah Umi, dong."

"Nggak, Harish nggak pernah bikin marah Umi."

"Lah, gimana nggak bikin marah, Umi sudah ngomong berulang-ulang, tapi Harish nggak nurut juga."

"Ya Uminya jangan marah."

Uminya ekspresif, jadi bagaimana suasana hati akan terpancar di wajah. Saat Umi kecewa dengan yang lain, tapi yang ada di dekat Umi, Harish, ya otomatis dia bisa membacanya. 

"Siapa yang buat Umi marah? Bukan Harish, kan?"

Dia selalu memastikan, dan  selanjutnya?

"Umi cantik, la tardzob wa lakal jannah. Jangan marah Umi, biar bisa masuk surga."

Subhanallah.

Wednesday 2 September 2015

Ngaji Di Rumah

Harish : Umi, suapin sih.

Umi : Lah, sudah besar minta suap?

Harish : Nggak pa pa, sih, Mi. Biar Harish bisa sambil main. Biar makannya juga cepat selesai.

Umi : Oke, tapi sekolahnya dianterin Abi, ya? Eh, jemputnya juga Abi, kan kemarin yang antar Abi, yang jemput Umi?

Harish : Okeeee.

Alhamdulillah...secara bertahap kemajuan Harish bagus, tinggal satu nih...ngaji sama bu guru, kapan yaaa?

***

Harish : Umi, nggak enak loh, kalau nggak ditungguin sekolahnya.

Umi : Kenapa?

Harish : Ada bu guru yang maksa-maksa Harish ngaji.

Umi : Bukan maksa, tapi ngajak, barang kali Harish sudah mau ngaji.

Harish : Tapi Harish nggak suka.

Umi : Ya sudah, nanti Umi bilang bu guru, Harish ngajinya kalau sudah mau, gitu?

Harish : Iya.

Umi : Tapi kalau sudah mau, Harish bilang sama bu guru, ya.

Harish : Iya.

***

Umi : Rish, ini hari apa?

Harish : Minggu.

Umi : Besok Senin...hmm, Harish besok mau ngaji sama bu guru, ya?

Harish : Laaah, Umi, mah.

Umi : Lha terus Harish mau ngaji sama siapa?

Harish : Kan sudah setoran sama Mbak Hany?

Umi : Ngaji seperti di sekolah, dengan buku.

Harish : Ngaji sama Umi aja.

Umi : Hari Senin minta buku ngajinya, ya, jadi setiap hari Harish kumpul buku ke bu guru hasil ngaji di rumah sama Umi.

Harish : Sip sip sip

Batal Setoran Gara-Gara Ular

Harish : Umi, Harish mau setoran di sawah. Kata Mbak Hany, kalau Harish setor An Naba sampe abis, Harish mau diajak beli sop duren.

Umi : Wow! Enak tenan.

Hafa : Kalau Hafa setor Surat Nuh sampe abis.

Umi : Kapan beliinnya?

Hany : Kalau Hany sudah punya duit he he.

Umi : Ha ha berarti Umi harus siap-siap nombok, nih. Semoga rizkinya ada, ya.

Hafa/Hany : Aamiin.

***

Hany, Husna, Hafa, Harish terengah-engah sampai rumah.

Harish : Umiii, Harish tadi mau digigit ular heh...heh...heh.

Umi : Masyaallah, di mana?

Hafa : Di sawah.

Umi : Gede?

Harish : Nggak tau, Harish nggak liat.

Husna : Gede, Mi. Setangan Harish lah, deket lagi.

Harish : Iya, Mbak Husna yang kasih tau, sampe Harish kaget,"Rish, awas ular!" gitu, terus Harish ngabur.

Hany : Ha ha ha, lucu banget tadi Harishnya, dia nggak tau di mana ularnya, untung larinya nggak ke arah ular.

Umi : Ih, kok jadi ngeri sih.

Hafa: Biasa, Mi. Kita sering liat ular di sawah.

Umi : Ya Allah, Alhamdulillah.. Kemanapun pergi, jangan lupa doa, "Audzubikalimatillahi tammati min syarri maa kholaq.

Hafa : Iya, Mi.

Umi : Sudah jadi setor belum?

Harish : Belum selesai, trus ada ular, ngabur kitanya.

Hafa : Belum jadi dibeliin sop duren, deh.

Warna Dalam Bahasa Inggris

Harish : Umi, Harish taulah bahasa Inggrisnya putih.

Umi : Apa?

Harish : Wait (white), kalau merah, red, kalau biru blu (blue).

Umi : Waw! Keren! Siapa yang ngajarin!

Harish : Bu guru, kalau hitam apa, Mi?

Umi : Black, kalau hijau?

Harish : Green, kalau ungu?

Umi : Purple. Dah, sekarang bobok dulu, ya, sudah malam.

Harish : Kalau power rangers warnanya apa aja, Mi?

Umi : Besok dilihat di youtube warnanya apa aja, ya?

Harish : Kalau...

Umi : Ssst! Bismika Allahumma ahya wa ammut.

Harish : Aamiin.

Monday 31 August 2015

Nalarnya Semakin Rumit


Dia datang membawa selembar kertas hasil karyanya.  Seperti biasa, dia menceritakan apa yang dituangkannya melalui coretan tangan mungilnya.

"Mi, Harish ke masjid sama Mas Hilmy dua kali, terus tidur siang, jam satu. Nih, mataharinya masih di atas. Nah terus Harish bangun duluan, kalau Mas Hilmy belum bangun, Harish bangunin. Nanti kalau sudah sore, nih mataharinya sudah agak turun, Harish sama Mas Hilmy ke jalan ujung deket pembelian pulsa, mau naik traktor, kalau traktornya sudah istirahat siiih. Nah, kalau sudah sore, nih, bulannya sudah mau dateng, Harish sama Mas Hilmy pulang."

Subhanallah!

Kalau tidak dijelaskan detail begitu, mana Umi ngerti?

Beberapa hari belakangan, dia berceloteh kalau jam satu siang waktunya tidur, kata bu guru, walaupun kenyataannya belum pernah dilaksanakan. Memang sejak lepas ASI, Harish jarang tidur siang, bahkan kalau dia tidur siang, itu sebuah tanda kondisi badannya terlalu lelah atau sakit.

Hari ini Mas Hilmy yang menjemput sekolah dengan motor pulsar, karena dari kemarin terlihat dia senang sekali diajak naik motor itu. Rupanya di jalan yang sedang diperbaiki, ada traktor yang digunakan. Memang Hilmy juga hobi traktor, janjianlah mereka sore nanti naik traktor, saat pekerjanya istirahat.

Dua kali ke masjid yang di maksud untuk shalat Dzuhur dan Ashar. Dia menggambarkan waktunya dengan matahari untuk siang dan bulan untuk malam, Turun-naiknya menandakan pagi, siang, agak sore, sore, malam.

Subhanallah!

Selalu takjub dengan perkembangan anak-anak, walau ini anak yang ke enam dan semuanya dalam pengasuhan sendiri.

Banyak hal yang tak terduga dan setiap anak tidak selalu sama dalam tahap perkembangannya.

Melihat Hilmy saat ini membayangkan Harish lima belas tahun ke depan, masihkah suasananya seperti ini?

Ih! Nggak usah diteruskan! 



Tuesday 4 August 2015

Hari 1 Sekolah

Harish sekolah hari pertama 3 Agustus 2015

Jam 07.30

Datang, acara seharusnya anak-anak ngaji dengan guru sebelum mulai jam pelajaran. Harish belum mau. Umi memberi kode gurunya untuk jundur dulu. Harish main main bongkar pasang ditemani Umi.

Jam 08.00

Saatnya berbaris di halaman. Harish  belum mau, walau ditemani. Umi mengajak Harish menyaksikan apa yg dilakukan teman2nya saat berbaris. Belum selesai teman-temannya berbaris dan meneriakkan yel-yel dll, Hsrish minta main lagi.
"Dengerin dulu itu, ikrar, nyanyi, salam," kata Umi.
" Kan bisa sambil ndengerin," jawabnya.
Hmm, Umi mengalah, kembali ke ruangan, nenemaninya bermain.

08.15

Berbaris menirukan kereta api, di pimpim bu guru, masuk kelas. Org tua diminta menunggu di luar. Beberapa menangis, beberapa orang tua ikut masuk.

Umi? Lha, memang sudah di dalam he he.

Harish ? Tetap mojok, nempel Umi. Tapi memperhatikan semua aktivitas di kelas.

Saat perkenalan dengan permainan tangkap bola, Umi member kode bu guru, lalu beliau melempar lembut bola ke Harish, berhasil ditangkap sambil duduk. Harish senyum, tapi belum mau berdiri.

Enaknya kalau gurunya teman sendiri, bisa main kode-kodean, he he.

08.52

"Umi, nau makan," bisik Harish.

"Ssst! Tunggu sebentar, ya?"

Alhamdulillah, berhasil! Walau masih di dampingi Umi, mau bergabung barisan cuci tangan sebelum makan. Sebelumnya baca doa sebelum makan, sampe Harish keliatan bosan, ha ha.
Cuci tangan mau di bantu bu guru.

Selanjutnya sudah mau mengikuti semua aktivitas, tapi...di sebelah Umi.

Setelah jam belajar usai, Harish sudah terlihat menikmati pertemanan. Bergilir main prosotan, batu titian dan berkejaran, walaupun senyum dan tawanya masih tertahan, malu-malu.

Ih! Jadi gemes liatnya, ha ha.

Abi datang...kita harus pulang, besok dilanjutkan dengan lebih semangat ya, Harish, pesan bu guru.

Monday 15 June 2015

Urus Umi

Harish : Umi mau dibekam?

Lho? Ide bagus itu, bulan kemarin waktu migren Umi dibekam, lumayan berkurang.

Umi : Mau

Harish : Tapi nggak usah didarahin, ya?

Umi : Iya, bekam kering aja.

Harish : Gapapa, Harish yang bekam?

Umi : Gapapa (biasanya kalau Umi sedang mbekam orang lain, Harish nggak boleh ada di ruangan)

***
Setelah selesai,

Harish : Umi sudah makan?

Umi : Sudah.

Harish : Umi mau teh tubruk?

Umi : Mau, biar Mbak Husna aja yang buatin, pake air panas semua.

Harish : Kan Harish yang mbekam, Harish juga dong yang urusin Umi, buatin teh juga.

Umi : Tapi hati-hati, terima kasih ya, pinter.

Maaf Lahir Batin

Harish : Mbak Hafa, maaf lahir batin itu apa, sih?

Hafa : Ya minta maaf

Harish : Minta maaf karena melahirkan, ya? Kalau batin apa, Mbak?

Hafa : Tanya Umi

Hafa lagi asyik nonton, males diganggu, mungkin juga nggak bisa menjelaskan. Harish ke kamar,  Umi baru pulang, cape, kepala sedang migren, mata terpejam.

Harish : Umi. . . Umi. . .Umi

Harish terus memanggil, sambil tangannya membuka kelopak mata Umi. Dalam hati tepingkal, sambil memikirkan jawaban yang bisa diterimanya.

Umi : Ishh, Harish!

Harish : Umi, batin itu apa?

Ha ha ha, mau jawab apa coba, Umi?

Umi : Batin itu di dalam hati.

Harish : Dalam hati mana?

Umi : Harish kalau marah di mana rasanya?

Harish : Di sini (menunjuk dada)

Umi : Maaf lahir batin itu artinya kita kita minta dimaafkan dengan mulut dan dengan hati. Apa Rish, maaf lahir batin.

Harish : Hhhhh! Nggak usah dipikirin.

Hah! Dapat jawaban seperti itu dari mana lagi? Ck ck ck.

Marut Gabus

Harish : Umi, Harish pake parutan ini, ya?

Umi : Untuk marut apa?

Harish : Gabus.

Umi : Itu parut sudah rusak, tajam, karatan, bahaya. Nanti bisa luka, trus lukanya bisa bengkak juga.

Harish : Trus Harish marut pake apa?

Umi : biasanya pake apa?

Harish : Biasanya pake pinggiran kayu, tapi hasilnya kurang halus.

Umi : Udah sih, pake yang kayu aja?

Harish : Harish tuh maunya hasilnya yang halus, hu hu.

Umi : Ya sudah, terserah Harish.

Harish nangis, pake acara ninju bantàl lagi.

Dah, biarin dulu. Ditinggàl sholàt. Baru satu rakaat Umi shalat, tangisnya berhenti.

Umi selesai shalat, dilihatnya Harish asyik marut gabus, sambil ngobrol dengan Hafa. Marutnya dengan àpa?

Saturday 6 June 2015

Sebab Sakit

Harish : Umi tau nggak, kenapa Harish sakit?

Umi : Kenapa, coba?

Harish : Karena kerja kemarin itu, lho, Mi, yang rame-rame.

Umi : Kerjanya Hari Minggu, sakitnya hari apa?

Harish : Hari Rabu.

Umi : Kok bisa sakit, ya?

Harish : Iyalah, kan Harish kecapean, pegel-pegel.

Umi : Memang Harish ngerjain apa?

Harish : Main-main, lari-larian, main sepatu roda, jadi kecapeanlah.

Umi : Owh, kirain karena kecapean nyapu dan buang sampah seperti temen-temennya. 󾌲

Saturday 30 May 2015

Zoom

Harish : Umi, pinjam tab, mau moto.

Umi : Moto apa?

Harish : Gambar boboiboy.

Harish memotret kartu bergambar boboiboy. Kemudian dia amati hasilnya dengan teliti, berulang kali di zoom dan berganti-ganti fokusnya.

Umi : Diliat apanya, sih Rish?

Harish : Jamnya, bajunya, topinya, ya semuanya.

Umi : Terus?

Harish : Terus Harish mau buat, bentuknya gimana, warnanya apa?

Masyaallah, rupanya Harish kesulitan melihat detilnya  di kartu kecil,  kok ya kepikir membesarkan gambarnya dengan cara seperti itu, ya?

Umi dan Husna senyum-senyum melihat aksi Harish.

Print

Harish : Umi, topeng Harish sudah rusak.
Umi : Buat lagi, dong.
Harish : Capeee, buatin Umi sih?
Umi : Beli aja, mau?
Harish : Sama siapa?
Umi : Sendirilah. Terserah Harish, mau buat sendiri atau beli sendiri.
Harish : Umi, prinin gambar spiderman yang diinternet, sih, Harish mau liat, terus buat.
Ck ck ck, kok ya kepikir ngeprint lho 😆😆😆

Tokoh Idola

Boboiboy, power rangers, spiderman, superman, batman, ultraman.

Tokoh-tokoh khayalan yang mampu menyihir dan mendominasi anak-anak seusia Harish.

Bukan hal mudah menggantikan nama-nama itu dengan Umar bin Khatab, Khalid bin Walid, Ali bin Abi Thalib, Sholahudin, Al Fatih atau tokoh-tokoh nyata yang kegagahannya bisa ditelusuri jejaknya.

Banyak pertanyaan berkaitan dg hal ini, hanya saja untuk kali ini, mohon teman2 yg masa kecilnya sempat mengidolakan tokoh hero di atas, bereedia sharing. Apa pengaruhnya terhadap karakter yang terbentuk atau kenangan yang melekat hingga dewasa dan mempengaruhi dalam mengambil keputusan ?

Beberapa pendapat teman-teman.

Opie : tidak ada pengaruh

Ika : Ada masanya bosen sendiri

Jey : Nggak ada pengaruh, ada masanya merasa dibohongi

Solikhatun : sampe sekarang masih suka nonton, kalau ada kesempatan.

Asih : Suka dengan tokoh yg karakternya sama dg diri. Bisa mempengaruhi n menginspirasi.

Qurotul Aini : Seharusnya anak dikenalkan dengan cerita nabi.

Ko Jeena : Mau buat tokoh yang menyaingi, sendirian tidak tercover, berat.

Lisaabdur Rahman : Nggak ngaruh ke karakter, sayang ortu sekarang memfasilitasi anaknya dg gadget, sehingga tidak lagi senang dg tokoh2 tersebut.

Rosi Ichiemuh : Senang dg putri n barbie, mempengaruhi jadi cewek lembut, tapi saat dewasa pengaruh itu hilang dipengaruhi kenyataan hidup.

Tina : Anak-anak nggak mengidolakan tokoh-tokojh itu, tapi nggak bisa lepas dari Masha, Ipin-Upin. Menurut saya yang terpenting adalah klarifikasi nilai setelah menonton.

Dimas Joko : Tidak mempengaruhi ke karakter, tapi, bukankah mereka tetap pembela kebenaran?

Richie n Rara : Suka menghayal sebagai tokoh itu.




Mandi

Harish : Nih, Mi, surat dari Harish, baca!

Umi : Ini gambar apa?

Harish : Ini Umi lagi mandiin Harish.

Ha ha ha, akalnya Harish. Dari tadi disuruh mandi sendiri, malah merayu minta dimanfiin.

Umi : Umi tuh males mandiin Harish, suka nyipratin air, baju Umi jadi basah. Kenapa sih, nggak mandi sendiri?

Harish : Kalau dimandiin Umi, rambut Harish wangiiiii. Janji, Harish nggak nyipratin.

Umi : Hmm, alasan. Kalau mau wangi ya sampoan lah.

Harish : Mandiin ya, Mi, plizzzzz.

Bete

Harish :  Umi, Harish beliin mobil remot, sih. Temen2 Harish sudah pada beli, Arkan sudah beli.

Umi : Iya, papanya Arkan duitnya banyak.

Harish : Abi juga duitnya banyak.

Umi : Iya, banyak, untuk Umi belanja, untuk bayar spp mbak-mbak, untuk bensin, untuk cetsk buku Umi, jadi belum cukup untuk beli mobil remot.

Harish : Nanti kalau celengan Harish sudah penuh, untuk beli mobil remot, ya?

Umi : Boleh, kalau cukup.

Harish : Makanya Umi banyakin duit receh, biar celengan Harish cepet penuh.

Umi : Iya, kalau ada kembalian belanja duit receh, untuk ngisi celengan Harish.

Padahal sekarang jarang dapat kembalian coin

Bete

Harish bete, wajahnya cemberut.

Umi : Harish bosen ya, di rumah?

Harish : He em.

Umi : Sudah pengen sekolah?

Harish : Belum.

Umi : Apa yang bikin bosen?

Harish : Harish itu bosen, soalnya Umi nggak mau anterin jajan.

Umi : Kapan Harish mau ke warung sendiri?

Harish: Nanti kalau sudah sebesar Umi.

Umi : Apa lagi yang bikin nggak bosen?

Harish : Kalau Umi mau anterin Harish jajan, trus kalau ada pasien, jadi Harisnya boleh nonton youtube, ultaramen, power rangers, apa aja.
󾌲󾌲󾌲

Harish : Umi, boleh nggak Harish beli somay?

Umi : Boleh, panggil deh si abang somay.

Friday 29 May 2015

Belajar Masak

Harish : Umi, kapan Harish belajarnya?
Umi : Belajar apa?
Harish : Belajar masak.
Umi : Nanti, kalau sudah sebesar Mbak Hafa.
Harish segera menghampiri Hafa yang sedang menggoreng kerupuk. Mengukur tinggi badannya.
Harish : Umi, segini lagi (tangannya menunjukkan tengkuknya).
Umi : Insyaallah nggak lama lagi.

Mengganggu Sholat

Umi : Auww!

Harish : Maaf! Kenapa, Mi.

Umi : Keinjek Harish, tau?

Harish : Nggak sengaja, Uminya sih, kakinya di situ.

Umi : Eit, nyalahin kaki.

Harish : Kepala Harish juga sakit.

Umi : Kenapa?

Harish : Tadi ditarik dikit, waktu Umi sholat.

Umi : Harish tau, kenapa Umi tarik sedikit rambut Harish?

Harish : Harishnya ngganggu Umi sholat.

Umi : Sudah pernah Umi kasih tau, nggak boleh ngganggu orang sholat?

Harish : Pernah.

Umi : Berapa kali?

Harish : Mmmm, berapa ya?

Umi : Banyak kali. Jadi nggak apa-apa Umi tarik rambutnya sedikit, ditinju juga boleh.

Harish : Hah! Masa Umi mau ninju Harish?

Umi : Lha kalau diomongin berkali-kali tetap dilakukan, ya boleh. Mengganggu orang sholat itu perbuatan setan, masa Harish mau jadi pengikut setan? Syetan itu musuh manusia loh, boleh ditinju.

Harish : Harish nggak mau ditinju Umi.

Umi : Ya jangan ngganggu Umi sholat.

Ha ha ha, mungkin nggak ya, Umi ninju Harish?

Sunday 10 May 2015

Pencernaan

Harish : Umi, di perut Harish ada basahan sama makanan, lho.

Umi : Maksudnya?

Harish : Tadinya, kan di perut Harish nggak ada apa-apa, trus Harish makan sama minum, jadi deh sekarang ada makanan sama basahan.
󾌲󾌲
Umi : Harish, kalau makan pake apa?

Harish : Mulut.

Umi : Di mulut makanannya diapain?

Harish : Dikunyah.

Umi : Biar spa dikunyah?

Harish : Biar bisa ditelan.

Umi : Ditelan, trus masuk ke mana?

Harish : Ke perut.

Umi : Kalau Mbak Hafa buat jus jambu, di saring nggak?

Harish : He eh.

Umi : Biar apa?

Harish : Biar bijinya nggak ikut keminum.

Umi : Bijinya diapain?

Harish : Dibuang.

Umi : Seperti kita makan, di mulut makanan dikunyah supaya lebih halus, trus masuk ke lambung yang ada di dalam perut. Di lambung makanan dihaluskan lagi, hasilnya jadi energi untuk bergerak n supaya kita sehat, sisanya, yang nggak berguna seperti biji jambu tadi, dibuang waktu kita bab n bak.

#ups, kira-kira Harish paham nggak, ya? 󾌲

Monday 4 May 2015

Nggak Mandi?

Harish : Umi, kok Harish nggak diginiin? (Sambil mengepit ketiak ).

Umi : Diginiin, gimana?

Harish : Ya diginiin. Nanti kalau Harish demam, gimana?

Umi : Owh, pake thermometer. Harish, kan, nggak panas, hanya batuk pilek. Nih, nggak panas. Tapi nggak papa, kalau msu diukur.

Harish : Harish ambil dulu, ya.

***

Umi : Nih, liat, berapa?

Harish : 37.

Umi : 37 itu merah, tanda batas normal. Ini, ukuran suhu badan Harish hanya 36, 5 tandanya masih normal.

Harish : Nggak demam, ya, Mi?

Umi : Nggak, lah. Kalau demam, Umi pegang aja sudah ketahuan, anak Umi kan enam, sudah hafal. Thermometer cuma untuk memastikan aja.

Harish : Harish ini sakit ketularan siapa, sih?

Umi : Mungkin Mbak Hafa.

Harish : Emang semalem Mbak Hafa tidur sama Harish?

Umi : Nggak. Menular itu nggak harus saat tidur, tapi pas berdekatan waktu ngobrol, main, itu juga bisa nular.

Harish : Harish nggak mandi, ya Mi? Kan masih sakit?

Umi : Ha ha ha, ya mandi, lah. Kan nggak demam?

Harish : Nggak shsmosn kan, Mi?

Umi : Lengkap! Shampoan, sabunan, sikat gigi?

Harish : Hhhhhh.