Monday 31 August 2015

Nalarnya Semakin Rumit


Dia datang membawa selembar kertas hasil karyanya.  Seperti biasa, dia menceritakan apa yang dituangkannya melalui coretan tangan mungilnya.

"Mi, Harish ke masjid sama Mas Hilmy dua kali, terus tidur siang, jam satu. Nih, mataharinya masih di atas. Nah terus Harish bangun duluan, kalau Mas Hilmy belum bangun, Harish bangunin. Nanti kalau sudah sore, nih mataharinya sudah agak turun, Harish sama Mas Hilmy ke jalan ujung deket pembelian pulsa, mau naik traktor, kalau traktornya sudah istirahat siiih. Nah, kalau sudah sore, nih, bulannya sudah mau dateng, Harish sama Mas Hilmy pulang."

Subhanallah!

Kalau tidak dijelaskan detail begitu, mana Umi ngerti?

Beberapa hari belakangan, dia berceloteh kalau jam satu siang waktunya tidur, kata bu guru, walaupun kenyataannya belum pernah dilaksanakan. Memang sejak lepas ASI, Harish jarang tidur siang, bahkan kalau dia tidur siang, itu sebuah tanda kondisi badannya terlalu lelah atau sakit.

Hari ini Mas Hilmy yang menjemput sekolah dengan motor pulsar, karena dari kemarin terlihat dia senang sekali diajak naik motor itu. Rupanya di jalan yang sedang diperbaiki, ada traktor yang digunakan. Memang Hilmy juga hobi traktor, janjianlah mereka sore nanti naik traktor, saat pekerjanya istirahat.

Dua kali ke masjid yang di maksud untuk shalat Dzuhur dan Ashar. Dia menggambarkan waktunya dengan matahari untuk siang dan bulan untuk malam, Turun-naiknya menandakan pagi, siang, agak sore, sore, malam.

Subhanallah!

Selalu takjub dengan perkembangan anak-anak, walau ini anak yang ke enam dan semuanya dalam pengasuhan sendiri.

Banyak hal yang tak terduga dan setiap anak tidak selalu sama dalam tahap perkembangannya.

Melihat Hilmy saat ini membayangkan Harish lima belas tahun ke depan, masihkah suasananya seperti ini?

Ih! Nggak usah diteruskan! 



Tuesday 4 August 2015

Hari 1 Sekolah

Harish sekolah hari pertama 3 Agustus 2015

Jam 07.30

Datang, acara seharusnya anak-anak ngaji dengan guru sebelum mulai jam pelajaran. Harish belum mau. Umi memberi kode gurunya untuk jundur dulu. Harish main main bongkar pasang ditemani Umi.

Jam 08.00

Saatnya berbaris di halaman. Harish  belum mau, walau ditemani. Umi mengajak Harish menyaksikan apa yg dilakukan teman2nya saat berbaris. Belum selesai teman-temannya berbaris dan meneriakkan yel-yel dll, Hsrish minta main lagi.
"Dengerin dulu itu, ikrar, nyanyi, salam," kata Umi.
" Kan bisa sambil ndengerin," jawabnya.
Hmm, Umi mengalah, kembali ke ruangan, nenemaninya bermain.

08.15

Berbaris menirukan kereta api, di pimpim bu guru, masuk kelas. Org tua diminta menunggu di luar. Beberapa menangis, beberapa orang tua ikut masuk.

Umi? Lha, memang sudah di dalam he he.

Harish ? Tetap mojok, nempel Umi. Tapi memperhatikan semua aktivitas di kelas.

Saat perkenalan dengan permainan tangkap bola, Umi member kode bu guru, lalu beliau melempar lembut bola ke Harish, berhasil ditangkap sambil duduk. Harish senyum, tapi belum mau berdiri.

Enaknya kalau gurunya teman sendiri, bisa main kode-kodean, he he.

08.52

"Umi, nau makan," bisik Harish.

"Ssst! Tunggu sebentar, ya?"

Alhamdulillah, berhasil! Walau masih di dampingi Umi, mau bergabung barisan cuci tangan sebelum makan. Sebelumnya baca doa sebelum makan, sampe Harish keliatan bosan, ha ha.
Cuci tangan mau di bantu bu guru.

Selanjutnya sudah mau mengikuti semua aktivitas, tapi...di sebelah Umi.

Setelah jam belajar usai, Harish sudah terlihat menikmati pertemanan. Bergilir main prosotan, batu titian dan berkejaran, walaupun senyum dan tawanya masih tertahan, malu-malu.

Ih! Jadi gemes liatnya, ha ha.

Abi datang...kita harus pulang, besok dilanjutkan dengan lebih semangat ya, Harish, pesan bu guru.