Sunday 31 January 2016

Balon Udara

Harish terhitung sering tidak masuk sekolah. Mungkin badannya termasuk mudah sakit jika dibanding temannya. Tapi jangan bilang karena tidak imunisasi ya, karena sakitnya bukan yang termasuk daftar penyakit wajib imunisasi. Memang ada imunisasi batuk pilek? 😃

Atau bisa jadi karena Umi begitu longgar saat Harish enggan sekolah walaupun alasannya sangat lemah, misalnya bangun kesiangan, cape, batuk sedikit, pilek, hmmm apalagi kalau badannya panas.

Kok behitu, Mi?

Ya, manurut Umi, seumuran Harish belum saatnya diberi beban berat, apalagi pemaksaan. Sekolahnya memang untuk mengembangkan kreativitas, belajar sosialisasi dan mempersiapkan nalarnya untuk saatnya sekolah beneran.

Seperti hari ini.

Umi : Harish, Umi mau bbm, bilang apa sama bu guru, kok Harish nggak sekolah?

Harish : Bilangin Harish bangun kesiangan sama sakit.

Umi : Sakit apa?

Harish : Kan Umi sudah tau?

Umi : Batuk pilek?

Halaaah! Nyengir dianya.

Setelah mandi dan makan, mulai kebingungan mau mengerjakan apa. Ngaji baru mulai, sudah nggak cocok caranya. Cemberutlah wajah gantengnya.

Dah, Umi ikut belanja ke warung, sekalian beli camilan.

Sampe rumah?

Harish : Harish mau ngprint gambar untuk mewarnai.

Umi : Print lagi error.

Harish : Harish mau ngapain?

Umi : Buat peta timbul aja, seperti Mbak Husna kemarin. Sisa rendaman korannya, kan nadih banyak. Minta tolong Abi gambarin peta propinsi Lampung di kardus.

Setelah gambar jadi, eee, malah diwarnai dengan krayon 😃.

Harish : Harish mau buat balon udara.

Alhamdulillah, ketemu jodoh. Dikerjakan sendiri, sampai difoto dan diedit.

Umi bengong melihat Harish mengedit foto, lha...Umi belum pernah tuh.😃

Setelah itu?

Harish : Umi, jagain gawang dong, Harish mau main bola.

Umi : Lah, ngapain dijaga, gawangnya, kan nggak kemana-mana?

Harish : Biar bolanya nggak jauh-jauh, Mi.

Umi : Umi temenin aja sambil belajar, ya? Pintunya ditutup biar bolanya nggak keluar. Nendang bolanya jangan ke atas, nanti kena lampu atau pigura foto.

Nggak tau, mau tahan berapa menit dengan bola. 😃

Wednesday 27 January 2016

Hitungan

Harish : tiga tambah dua, lima, kan, Mi?

Umi : He em.

Harish : 20 tambah 20, empat puluh. 40 tambah 40, delapan puluh. 80 tambah 80, enam belas puluh.

Umi : Sini Rish, Umi ajarin sambil nulis angkanya.

Harish : Tunggu, Harish ambil kertas sama pulpen.

***
Umi : Liat nih, angka enam belas puluh, ini bacanya seratus enam puluh. Ini angka sepuluh puluh, bacanya seratus, ini angka sepuluh ratus bacanya seribu, nah ini sepuluh ratus ribu bacanya sejuta.

Haris : Kalau uang yang huruf s ada garisnya?

Umi : Itu lambang dollar, uang amerika, kalau uang Indonesia rupiah, lambangnya Rp.

#Mbak, Mas psikolog, jangan marahin Umi ya, sudah ngajarin kayak gitu, padahal masih TK. Soalnya Harish sudah nanya 😃😃

Cape Sholat

Harish : Cape lho sholat di selolah, tapi Harish takut masuk neraka.

Umi : Laaah, main kejar-kejaran sampe keringetan aja nggak cape, kan sholatnya sebentar?

Harish : Cape ngomongnya sama gerakannya, looooh.

Ha ha ha lha iya, soalnya dari takbir sampai salam dibaca zahr, apalagi berlomba kuat-kuatan suaranya.

Ribuan

Harish : Umi, Harish sudah tau, lima ribu tambah lima ribu itu sepuluh ribu.

Umi : Pinterrr

Harish : Lima ratus tambah lima ratus itu sepuluh ratus.

Umi : Seribu.

Harish : Kok seribu, sih?

Umi : Lima tambah lima, benar sepuluh. Lima ribu tambah lima ribu, benar sepuluh ribu, tapi kalau lima ratus tambah lima ratus jadinya seribu. Lima ratus ribu tambah lima ratus ribu jadinya sejuta bukan sepuluh ratus ribu.

Harish : Ih, kok gitu?

Umi : Nanti Umi jelasin sambil nulis angkanya, sekarang sekolah dulu, yaaa, nanti terlambat lho.

Gosok

Harish : Umi, baju sekolahnya belum digosok.

Umi : Gosok dong, Umi lagi buat sarapan nih.

Harish : coloikin dong.

Umi : Kalau naruh gosokannya, berdiri, ya.

Harish : Nggak boleh kena kancing, ya Mi?

Umi : Kenapa?

Harish : Nanti copot. Kalau sudah, dilipat, ya?

Umi : Nggak usah, kan mau dipakai.

Harish : Nanti nggak anget lagi.

Umi : Ya iyalah, angetnya sebentar. Digosok itu tujuannya biar bajunya rapi, bukan anget. 😃

Monday 25 January 2016

Belajar Di Rumah

Ruarrrr Biasa

Hari ini Harish nggak mau sekolah, bangun kesiangan.  Bolak-balik dibangunin, nggak juga segera bangun.

Umi : Ayo, Rish sekolah.

Harish : Nggak maulaaah, malu terlambat.

Umi : Tapi di rumah, selama jam sekolah nggak boleh nonton TV dan komputer, ya?

Harish : Enak bener Umi, boleh main komputer sama tab?

Umi : Lah, Harish di sekolah ngapain?

Harish : Belajar.

Umi : Umi belajarnya dimana, dong?

Harish : Di komputer sama tab.

😃😃

Harish : Harish ngapin, dong? Buat-buat pake kardus ya? Tapi Umi bantuin.

Umi : Umi mau cuci piring dulu, Harish bantuin cuci baju ya? Ini airnya sudah Umi kasih deterjen.

Harish : Mau-mau, gimana caranya?

Hmm, Harish berhasil mencuci, dari mulai memasukkan pakaian kotor ke mesin cuci, memutarnya, mengganti air, memberi pelembut, mengeringkannya.

Tapi...ya, nanya-nanyanya itu yang ampyuuuuun deh! 😃😃

Nggak sekolah, tapi di rumah belajar mencuci baju dan membuat pesawat tempur dari kardus, yessss! Hanya masalah tempat, yang penting selalu belajar. Namanya juga, pra sekolah 😃

Sunday 17 January 2016

Percampuran Warna

Hari ini Harish nggak sekolah, masih pengen istirahat di rumah. Dua hari kemarin demam flu.

Harish : Hitam campur putih, jadi warna apa, Mi?

Umi : Abu-abu.

Harish : Biru campur kuning?

Umi : Hijau.

Harish : Hijau campur ungu?

Umi : Apa, ya? Bagusnya Harish mencampur warna sendiri, nanti ketahuan, apa campur apa jadi apa.

Ha ha ha, ternyata nggak semua warna yang terjadi, Umi bisa kasih tahu namanya, piye jal?



Cemburu Membaca

Harish : Umi, Mbak Hafanya baca terus, belum shalat.

Umi : Shalat dulu, Fa.

Hafa : Ya.

Harish : Umi, Mbak Husna belum muroja'ah.

Husna : Iya, tadi sudah mau murojaah, tapi baca dulu, ah.

Umi : Bukunya, kan punya sendiri, bisa baca kapan aja, beresin dulu tugasnya.

Husna : Iya, tanggung, selesain dulu, masih ada waktu, kok.

Harish : Umi, Mbak Hafa sambil baca sambil tiduran.

Umi : Jaga jarak bacanya, Fa. Di jaga kesehatan matanya.

Harish : Mi, p sama a, pa. P sama i pi, papi itu laki-laki ya, Mi.

Umi : Papi sama dengan abi, papa, ayah, bapak, abah.

Harish : Laki-laki, kan?

Umi : Iya, betul.

Harish : Umi, satpam itu tulisannya gimana?

Umi : Kalau sa?

Harish : S sama a, sa

Umi : Tambah t, jadi sat. Kalau pam?

Harish : P sama a, pa tambah m, pam. Satpam.

Rupanya Harish cemburu melihat mbak-mbaknya asyik membaca, Alhamdulillah memotivasinya untuk segera bisa, setiap saat ketemu tulisan, berusaha diejanya. 😃😃

Friday 15 January 2016

Keberaniannya Meningkat

Di usia menjelang 6 tahun, tampak perkembangan mentalnya begitu pesat. Saatnya terlihat hasil penantian dan upaya selama ini.

***
Di sebuah pesta

Harish : Umi, Harish mau es.

Umi : Boleh, tapi Harish ambil sendiri.

Harish : Malu.

Umi : Nggak usah malu, boleh, kok. Kan memang disediakan untuk tamu. Bilang aja sama mbak yang jaga, nantikan diambilin.

Harish melangkah dengan agak ragu dan sekali-sekali nengok Umi, tapi berhasil kembali dengan senyum bangga. Dan berlanjut pada hidangan yang lainnya. 😃😃

***
Suatu pagi

Husna : Umi, airnya nggak ngalir.

Umi : Harish, tolong jemput Abi di masjid, bilangin mesin airnya rusak.

Harish segera mengambil sandal dan membuka pintu.

Husna : Berani, tah, Harish? Masih gelap, lho?

Umi : Ssssst! Nggak apa-apa, awasin aja dari pintu.

Husna : Ya Allah, Mi, cepet banget larinya. Kok berani, ya? Padahal jalanan masih gelap.

Umi : Dia mengatasi takutnya dengan lari. 😃😃

***

Suatu malam menjelang Isya, saat mati lampu.

Umi : Lilinnya tinggal sedikit, sebelum Abi pergi harus sudah ada yang beli lilin.

Harish : Harish aja yang beli.

Hafa : Gelap lho, Rish. Mbak aja nggak berani.

Husna : Nggak apa-apa, tah, Mi?

Abi : Bawa batere hp, Rish!

Harish : Nggak usah, Bi. Harish berani, kok.

Abi : Biar jalannya keliatan, nanti nabrak atau kesandung.

Husna : Bawa batere Mbak Husna aja.

Harish : Ya sudah, pake batere.

Harish berlalu dengan gagah.

Umi : Abi, tolong diawasi, bukan masalah berani, tapi keselamatan.