Friday 28 November 2014

Luka Berdarah

Huuuuuuaaaaa! Huuuuuuuaaaa!

Terdengar suara yang tidak asing lagi dari luar rumah, siapa lagi kalau bukan Harish. Bisa dipastikan barusan jatuh dan luka berdarah, he he, begitulah kebiasaannya. Kalau tidak luka dan berdarah, suaranya tidak seheboh itu.

Umi melanjutkan aktivitasnya, mengedit tulisan yang baru dibuat. Lumayan beberapa detik, sebelum melayani Harish yang biasanya tidak sebentar. Umi yakin tidak terlalu bahaya, karena tidak ada teriakan Hafa yang biasanya memanggil jika kondisi darurat.

Harish : Umiii, sakit, sakit, sakit.

Pertama yang Umi lakukan, merengkuh kepala Harish dan meletakkan dipangkuan, kemudian membimbing Harish ke matras, tempatnya biasa bermain.

Luka di dengkul, darahnya selebar uang receh limaratusan. Belum tahu kedalaman lukanya, tapi melihat darahnya yang tidak mengalir, sepertinya tidak terlalu dalam, bahkan mungkin hanya goresan.

Umi : Bi, tolong ambil kapas dan minyak herbal.

Kondisi seperti ini, tidak mungkin Umi bangkit meninggalkan Harish, bakalan lebih heboh!.

Harish : Sakiiiit! Sakiiiit! Sakiiit! (sambil membanting-banting kakinya ke lantai)

Umi :Iya, sakit, tapi kalau kakinya seperi itu, darahnya tambah banyak yang keluar.

Umi segera membersihkan luka itu dengan kapas yang dibasahi minyak, setelah bersih, dioles dengan minyak herbal.

Umi : Tolong buatin susu, Bi.

Setelah minum susu, tangisnya mulai mereda.

Umi : Harish mau makan?

Harish mengangguk-angguk. Umi segera mengambil nasi, tapi Harish malah keluar, terdengar seorang tetangga yang lewat menyapanya.

Setelah makan, walaupun sambil merengek, Harish mau mandi sama Abi.

Harish : Umi, lukanya sudah agak sembuh, Harish naik tangga ke atas, nggak sakit kok.

Alhamdulillah. Harish bermain lagi, Umi melanjutkan mengedit.

No comments:

Post a Comment