Terdengar Harish menangis lumayan keras. Dua hari ini memang agak cengieng ngieng. Masalah sedikit bisa membuatnya menagis, maklumlah, masih menyimpan sariawan.
Umi : Kenapa lagi, Rish?
Harish : Sakiiit...sakiiit.
Umi : Apanya? Sini Umi liat.
Harish menunjukkan ujung jari telunjuknya. Memang agak kemerahan, tapi tidak nampak luka.
Umi : Ini kena apa?
Harish : Kena itu, waktu ngupas itu.
Harish memang membantu Hafa mengupas bawang putih yang mau dihaluskan.
Umi : Eh, nanti yang mblender bawang siapa?
Harish : Harish aja, Mi.
Seketika tangisnya berhenti.
Umi : Tapi yang masang blender dan nyolokin, Mbak Hafa ya?
Harish : Kenapa, Mi? Kan Harish bisa?
Umi : Sekarang Mbak Hafa dulu, kapan-kapan kalau sudah besar, Harish boleh yang masang.
Harish : Mblendernya sampai warna apa, Mi?
Ha ha ha, rupanya dia ingat mixer adonan bolu, kata Umi sampai warnanya putih.
Umi : warna putih, itu kan bawang putih.
Harish : Nggak puth kok, Mi, agak kuning.
Umi : Itu namanya putih UB
No comments:
Post a Comment