Sampai jam 6, Harish belum juga turun.
Umi : Ayo Harish, bangun, sudah jam 6.
Harish : Harish nggak mau sekolah (malah nangis)
Umi : Sini, turun dulu.
Suara langkah dengan kaki yang digentakkan, terdengar, diiringi tangis. Samapi bawah, langsung menghambur ke pelukan Umi.
Abi : Kalau kecapean, terus nggak mau sekolah, sepedanya disimpan lagi, ya?
Lha, nangisnya malah tambah kencang.
Hmm, apapun harus dilakukan untuk menyelamatkan.
Abi : Abi rebusin air, nanti mandi air hangat biar segar.
Umi : Hafa, tolong nasi Harish bawa sini, Umi suapin dulu!
Hi hi hi, makan campur iler.
Umi : Nanti, sambil nunggu Mbak Hafa, Harish tiduran aja di beranda masjid, istirahat. Sampai rumah, trus mandi, trus shalat Ashar, baru deh main. Jam 5 sore, berhenti, jangan sampai mau maghrib.
Dua suap, tangisnya mereda. Habis setengahnya, sudah mulai ngomong.
Harish : Kemarin Harish duduk di kursi, nungguin Mbak Hafanya.
Makanan habis, sudah ketawa-ketawa.
Harish : Nanti Harish makan lagi. Lah.
Umi : Sekarang mandi, trus pakai baju, trus shalat.
Setengah tujuh shalat subuh, ha ha ha, waktu dhuha, niatnya subuh, piye tho, Rish?
Jam 07.40 beres cipika cipiki, berangkat.
No comments:
Post a Comment