Tuesday 26 July 2016

Gara-gara Sepeda

Sampai jam 6, Harish belum juga turun.

Umi : Ayo Harish, bangun, sudah jam 6.

Harish : Harish nggak mau sekolah (malah nangis)

Umi : Sini, turun dulu.

Suara langkah dengan kaki yang digentakkan, terdengar, diiringi tangis. Samapi bawah, langsung menghambur ke pelukan Umi.

Abi : Kalau kecapean, terus nggak mau sekolah, sepedanya disimpan lagi, ya?

Lha, nangisnya malah tambah kencang.

Hmm, apapun harus dilakukan untuk menyelamatkan.

Abi : Abi rebusin air, nanti mandi air hangat biar segar.

Umi : Hafa, tolong nasi Harish bawa sini, Umi suapin dulu!

Hi hi hi, makan campur iler.

Umi : Nanti, sambil nunggu Mbak Hafa, Harish tiduran aja di beranda masjid, istirahat. Sampai rumah, trus mandi, trus shalat Ashar, baru deh main. Jam 5 sore, berhenti, jangan sampai mau maghrib.

Dua suap, tangisnya mereda. Habis setengahnya, sudah mulai ngomong.

Harish : Kemarin Harish duduk di kursi, nungguin Mbak Hafanya.

Makanan habis, sudah ketawa-ketawa.

Harish : Nanti Harish makan lagi. Lah.

Umi : Sekarang mandi, trus pakai baju, trus shalat.

Setengah tujuh shalat subuh, ha ha ha, waktu dhuha, niatnya subuh, piye tho, Rish?

Jam 07.40 beres cipika cipiki, berangkat.

No comments:

Post a Comment